Jumat, 04 Mei 2012

PEMERIKSAAN KESADAHAN DAN KLOR DI KAWASAN SEKITAR KL FKM UNHAS


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh makhluk hidup untuk dapat bertahan hidup dan berkembang. Tanpa air, kehidupan didunia ini tidak akan ada, karena segala sesuatu membutuhkan air. Hewan tidak akan dapat bertahan hidup kalau tidak minum demikian pula dengan tanaman yang merupakan makanan utama hewan tidak akan tumbuh tanpa adanya air.
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-hari, termasuk kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, industri, pertambangan, rekreasi, olah raga dan sebagainya. Dewasa ini, masalah utama sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik terus menurun khususnya untuk air minum. Hal ini terutama disebabkan karena kerusakan lingkungan. Mulai dari perambahan hutan, pengalihan fungsi lahan hijau yang merupakan daerah tangkapan air dan lahan pertanian menjadi pemukiman, kegiatan industri dan kegiatan lain yang berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air (Mariana dkk, 2004).
Klor merupakan salah satu zat desinfektan yang sering digunakan dalam pengolahan air minum. Zat kimia lain yang dapat digunakan sebagai desinfektan adalah ozon (O3), klordioksidan, dan sebagainya. Salah satu syarat air dikatakan berkualitas ketika mengandung garam-garam meniral dalam jumlah yang tidak berlebihan. Susunan unsur kimia dari air tergantung pada darimana sumber air tersebut berasal, misalnya air tanah kandungan airnya tergantung pada lapisan tanah yang dilewati air tersebut. Apabila air melewati lapisan tanah kapur maka ia akan menjadi sadah karena mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2, apabila melewati batuan granit, maka air akan lunak dan agresif karena mengandung CO2 dan Mn(HCO3)2 (Kris, 2006).
Air tanah banyak mengandung mineral mineral terlarut seperti Ca2+ dan Mg2+ yang menyebabkan kesadahan pada air. Selain itu terdapat juga kation bikarbonat dan gas terlarut CO2. Dengan naiknya pH akibat lepasnya CO2 ke fasa gas, maka akan terjadi suatu reaksi kesetimbangan pembentukkan kerak CaCO3 (Saksono, 2006).
Kesadahan yang dimaksud disini adalah efek yang terjadi ketika air banyak mengandung mineral dari kation logam bervalensi dua dalam jumlah yang berlebihan. Biasanya yang sering menimbulkan kesadahan adalah logam Ca2+ dan Mg2+. Kesadahan total terjadi ketika ion Ca2+ dan Mg2+ secara bersama-sama dalam air (Kris, 2006).
Pembentukan kerak (CaCO3) oleh air sadah pada sistem perpipaan  di industri maupun rumah tangga menimbulkan banyak permasalahan teknis dan ekonomis. Hal ini disebabkan scale (kerak) dapat menutupi (menyumbat) air yang mengalir dalam pipa dan sekaligus menghambat proses perpindahan panas pada peralatan penukar panas. Saat ini pengolahan air untuk pencegahan pembentukan kerak umumnya dilakukan secara kimiawi yaitu dengan resin penukar ion dan penambahan inhibitor kerak . Metode secara kimiawi ini  dapat mengubah sifat kimia larutan sehingga tidak cukup aman untuk penggunaan rumah tangga maupun industri makanan. Selain itu investasinya yang cukup besar menyebabkan proses-proses kimiawi tersebut hanya cocok untuk industri yang memerlukan air olahan dalam jumlah besar (Saksono, 2006).
Zat-zat atau bahan kimia yang terkandung di dalam air misalnya Ca, Mg, CaCO3 yang melebihi standart kualitas tidak baik untuk dikonsumsi oleh orang dengan fungsi ginjal yang kurang baik, karena akan menyebabkan pembentukkan batu pada saluran kencing. Kebiasaan minum juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kencing. Orang yang banyak mengkonsumsi air dengan kandungan kapur tinggi akan menjadi predisposisi pembentukan batu saluran kencing, maka air yang digunakan manusia tidak boleh lebih dari 500 mg/L CaCO3 (Ritaharyanti, 2006).
Air gali yang dimiliki oleh warga disekitar kampus khususnya di Jl. Sahabat, sangat diragukan kualitasnya. Hal ini disebabkan tekstur tanah yang merupakan lahan timbunan yang awalnya sebuah rawa.  Oleh karena itu betapa penting melakukan uji kesadahan dan uji jumlah klor yang dibutuhkan air sumur gali.


B.       Tujuan  Percobaan
Tujuan dari percobaan ini, yaitu untuk mengetahui tingkat kesadahan total dan sisa klor pada air sumur gali di Pondok Hidayat Jl. Sahabat Raya Tamalantrea Makassar
C.      Prinsip Percobaan
1.       Penghitungan dengan melihat batas bawah untuk mengetahui hasil perhitungan pada buret.
2.       Pipet ukur yang digunakan pada Buffer sadah harus dibedakan dengan pipet yang digunakan pada kadar Ca.
3.       Setiap sampel yang dititrasi harus dihomogenkan secara perlahan.
4.       Proses titrasi berhenti dilakukan jika sudah terjadi perubahan warna pada sampel.
5.         Pada saat EDTA dimasukkan kedalam buret, tidak boleh ada gelembung udara.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.      Tinjauan Umum Tentang Air Sumur Gali
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan (Anwar, 2010).
Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur.
Masalah pencemaran serta efisiensi penggunaan sumber air merupakan masalah pokok. Hal ini mengingat keadaan perairan-alami di banyak negara yang cenderung menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Sanropie, 1984).
B.       Tinjauan Umum Tentang Kesadahan Air
Kesadahan berasal dari kata sadah yang berarti mengandung kapur, jadi kalau kesadahan air adalah adanya kandungan kapur yang berlebih yang terdapat dalam air yang disebabkan oleh lapisan tanah kapur yang dilaluinya. Jenis sumber air yang banyak mengandung sadah adalah air tanah khususnya air tanah dalam. Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai “air sadah”, atau air yang sukar untuk dipakai mencuci (Atastina, dkk, 2005:1).
Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi sejumlah sabun secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas air, boiler, atau pemanasan lainnya. Hal ini disebabkan adanya kehadiran ion-ion metal polivalen, terutama kalsium dan magnesium. Ca2+ dan Mg2 dapat bereaksi dengan sabun sehingga membentuk garam-garam organik yang tidak melarut dan berbentuk sebagai busa pada permukaan air. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH (Arifin, 2008).
Kesadahan (sebagai CaCO3 ) terutama disebabkan oleh adanya kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) sebab umumnya tanah karst memiliki komposisi mineral batuan karbonat yang memang didominasi Ca dan Mg, sesuai dengan kondisi di desa Hargosari yang termasuk daerah perbukitan kapur (Setiawan, 2008).
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Kalsium adalah unsur kimia yang memegang peranan penting dalam dalam banyak proses geokimia. Mineral merupakan sumber primer ion kalsium dalam air. Diantara mineral-mineral primer yang berperan adalah gips, CaSO4 .2H 2 O ; anhidratnya, CaSO4, dolomite, CaMg(CO3)2, kalsit dan aragonite yang merupakan modifikasi yang berbeda dari CaCO 3 (Achmad, 2004).
Ion kalsium, bersama-sama dengan magnesium dan kadang-kadang ion fero, ikut menyebabkan kesadahan air, baik yang bersifat kesadahan sementara maupun kesadahan tetap. Kesadahan sementara disebabkan oleh adanya ion kalsium dan bikarbonat dalam air yang dapat dihilangkan dengan jalan mendidihkan air tersebut karena terjadi reaksi :
Ca 2+ + 2HCO3 → CaCO3 + CO2 + H2O
Sedangkan kesadahan tetap disebabkan oleh adanya kalsium atau magnesium sulfat yang proses pelunakanya melalui proses kapur – soda abu, proses zeolit dan proses resin organik. Kesadahan sementara menyebabkan adanya endapan putih kalsium bikarbonat pada tempat pendidihan air (Achmad, 2004).
Dampak yang ditimbulkan oleh adanya kesadahan dengan kadar yang kecil tidak terlalu besar terhadap kesehatan, tetapi lain persoalan jika kesadahan tinggi sebab akan mengakibatkan terganggunya kerja ginjal.
Jenis-jenis air sadah terbagi dua (Daud dkk, 2010) yaitu:
1.         Air sadah sementara
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel. Reaksi yang terjadi adalah: Ca(HCO3)2 (aq) –> CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g).
2.         Air sadah tetap
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3-dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+.
CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)
Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) –> MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq)
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah terbebas dari ion Ca2+ atau Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas dari kesadahan.
C.      Tinjauan Umum Tentang Klor Dalam Air
Klorida adalah merupakan anion pembentuk Natrium Klorida yang menyebabkan rasa asin dalam air bersih (air sumur). Kadar klorida pada sampel air dengan menggunakan metode Argentometri di dapatkan nilai kadar klorida 9,10 mg/ l, dan telah memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai dengan Permenkes, RI No 907/ Menkes/ SK/ VII/ 2002, sebagai mana kadar maksimal klorida yang diperbolehkan untuk air minum adalah 250 mg/l (Awaluddin, 2007).
Klorin dan kloramin merupakan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai pembunuh kuman (disinfektan) di perusahan-perusahan air minum seperti PAM atau PDAM.  Klorin (Cl2) merupakan gas berwarna kuning kehijauan dengan bau lumayan menyengat.  Bau ini bisa dikenali seperti bau air kolam renang yang biasanya secara intensif diberi perlakuan klorinasi dengan kaporit.  Sedangkan kloramin merupakan senyawa klorin-amonia (NH4Cl) (Achmad, 2004).
Klorin adalah bahan kimia yang penting untuk beberapa proses penurunan air, penjangkitan dan dalam pelunturan. Klor merupakan salah satu zat desinfektan yang sering digunakan dalam pengolahan air minum. Zat kimia lain yang dapat digunakan sebagai desinfektan adalah ozon (O3), klordioksidan, dan sebagainya. Dua faktor penting yang mempengaruhi proses desinfektan adalah waktu bereaksi dan konsentrasi zat desinfektan. Ozon boleh juga digunakan untuk membunuh bakteri, dan ozon tidak membentuk organoklin dan tidak tertinggal dalam air setelah perawatan (Awaluddin, 2007).
Klorin relatif tidak stabil di dalam air sehingga biasanya akan segera terbebas ke udara, sedangkan kloramin jauh lebih stabil dibandingkan klorin sehingga beberapa perusahan pengolah air minum tidak sedikit yang menggunakan bahan ini sebagai pengganti klorin.  Baik klorin maupun kloramin sangat beracun bagi ikan. Keduanya akan bereaksi dengan air membentuk  asam hipoklorus yang diketahui dapat merusak sel-sel protein dan sisitem enzim ikan. Tingkat keracunan klorin dan kloramin secara alamiah akan meningkat pada pH lebih rendah dan temperatur lebih tinggi, karena pada kondisi demikian proporsi asam hipoklorus yang terbentuk akan meningkat (Anonim, 2009).
Untuk menghindari efek kronis dari bahan tersebut maka residu klorin dalam air harus dijaga agar tidak lebih dari 0,003 ppm.  Klorin pada konsentrasi 0,2 – 0,3 ppm sudah cukup untuk membunuh ikan dengan cepat (Anonim, 2009).
D.      Tinjauan Umum Tentang Metode  Kompleksometri
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi (jatilaksono, 2009).
Metode penentuan kesadahan adalah dengan menggunakan metode kompleksometri, yaitu dipakai gram Ethylene Diamene Tetraacetic Acid (EDTA) (Daud dkk, 2010). Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Jatilaksono, 2009).
Untuk membuat suasana basa tersebut, (pada PH= + 0,1 ditambah larutan buffer / buffer ammonia). Jadi, jika sampel (air/larutan, ditambah EBT (biru) pada PH = + 0,1 larutan ,menjadi merah tua. Jika EDTA kemudian ditambahkan sebagai titian (penitrasi), maka Ca dan Mg menjadi larutan kompleks.

BAB III
METODE PERCOBAAN
A.      Alat Dan Bahan
1.    Pemeriksaan kesadahan
a)    Alat
1)   Labu erlenmeyer                                                              1 buah
2)   Gelas ukur                                                                        1 buah
3)   Pipet ukur                                                                         1 buah
4)   Bulp                                                                                  1 buah
5)   Penjepi statif                                                                    1 buah
6)   Buret                                                                                1 buah
7)   Sendok indikator murexide                                              1 buah
b)   Bahan
1)      Sampel air sumur gali                                                      1000 ml
2)      Larutan  EDTA 0,01 M                                                  secukupnya
3)      Larutan  Buffer Ammonia                                               secukupnya
4)      Larutan  NaOH                                                               secukupnya
5)      Indikator murexide                                                         secukupnya
6)      Indikator hardness ind calmagite                                   1 bungkus
7)      Aquades                                                                          secukupnya
8)      Tissue                                                                              secukupnya
2.      Pemeriksaan daya sergap chlorine
a)      Alat
1)      Stirrer                                                                       1 unit
2)      Magnetic stirrer                                                        1 unit
3)      Gelas ukur                                                                1 buah
4)      Tabung cuvet                                                            2 buah
5)      Colour dicc                                                               1 unit
6)      Comparator kit                                                         1 unit
7)      Gelas beaker 1000 ml                                               1 buah
8)      Pipet ukur                                                                 1 buah
9)      Bulp                                                                          1 buah
b)      Bahan                                                                            
1)      Sampel air sumur gali                                               1000 ml
2)      Larutan  kaporit 1%                                                 1 ml
3)      DPD total chlorine                                                   secukupnya
4)      Aquades                                                                    secukupnya
5)      Tissue                                                                       secukupnya
6)      Label                                                                        secukupnya
B.     Waktu dan Tempat Pengambilan Sampel
1.         Waktu
Waktu pengambilan sampel yaitu hari Senin, 4 April 2012 Pukul 14.10 WITA.

2.         Tempat
Tempat pengambilan sampel yaitu di Pondok Hidayat Jl. Sahabat Raya Tamalantrea Makassar.
C.    Prosedur Kerja
1.      Teknik pengambilan sampel yaitu:
a.         Wadah air disediakan dengan ukuran mampu menampung  1000 ml.
b.         Air sumur gali diambil dengan menggunakan timba sumur yang telah disediakan.
c.         Selanjutnya, air dimasukkan ke dalam wadah tersebut.
2.      Pemeriksaan Kalsium (Ca):
a.       Sampel air dalam botol dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml kemudian dipindahkan ke dalam labu erlmenyer.
b.      Larutan NaOH 1 N diambil sebanyak 2 ml dengan pipet kemudian di masukkan ke dalam sampel air.
c.       Sampel ditambahkan sesendok indikator murexide  dengan menggunakan spatula dan dihomogenkan hingga larutan berwarna merah muda.
d.      Kemudian sampel dititrasi dengan menggunakan larutan 0,01 M EDTA sambil larutan dihomogenkan hingga berubah warna menjadi ungu.
e.       Selanjutnya kadar kalsium dihitung dengan menggunakan rumus:
Kadar Ca ­=  x X ml titrasi EDTA x faktor EDTA x
 Ket :    n   :  banyaknya sampel air (ml)
X    :  Jumlah dalam ml, saat sampel berubah warna ketika      titrasi.
3.      Pemeriksaan Kesadahan Total :
a.       Sampel air dalam botol dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml kemudian dipindahkan ke dalam labu erlmenyer.
b.      Di ambil larutan buffer hardness sebanyak 1 ml dengan pipet kemudian di masukkan ke dalam sampel air.
c.       Selanjutya sampel ditambahkan indikator EBT sebanyak satu sendok spatula  dan dihomogenkan hingga larutan berwarna merah tua.
d.      Kemudian sampel dititrasi dengan menggunakan larutan 0,01 M EDTA sambil larutan dihomogenkan hingga berubah warna menjadi biru tua.
e.       Selanjutnya kesadahan total dihitung dengan menggunakan rumus:
Kesadahan total =  x X ml titrasi EDTA x faktor EDTA x  x 1 0D
Ket :  n     :  banyaknya sampel air (ml)
          X     :  Jumlah dalam ml, saat sampel berubah warna ketika titrasi
         1 0D :  satuan kesadahan total (Derajat Djerman) ; 1°D  = 10 mg/l
4.      Pemeriksaan Magnesium (Mg) :
Untuk mengetahui kadar  Mg pada sampel air hanya dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus:
        Kadar Mg =  x (hasil titrasi °D – hasil titrasi Ca) x faktor EDTA x
            Ket. : n   : banyaknya sampel air (ml)
5.      Pemeriksaan Sisa Klor
a.    Diambil sampel air sampel sebanyak 1000 ml.
b.    Selanjutnya, sampel ditaruh di dalam gelas beaker.
c.    Sampel dimasukkan magnetic stirrer.
d.   Kemudian disediakan larutan kaporit sebanyak 1 ml dan dituang ke dalam tabung yang berisi air sampel.
e.    Sampel kemudian dihomogenkan dengan menggunakan stirel selama 2 menit.
f.     Selanjutnya, tabung cuvet diisi dengan sampel sebanyak 5 ml, terus dituangkan DPD Total Chlorine Reagent. Kemudian dihomogenkan.
g.    Terus tabung cuvet diletakkan di komparator.
h.    Kemudian tentukan warnanya yang sesuai agar warnanya sama antara cuvet reagent dengan cuvet sampel.
i.      Setelah hasilnya diketahui total klor  pada pemeriksaan pertama maka kita lanjutkan kemudian setelah 10 menit lagi untuk pemeriksaan kedua.
j.      Setelah 10 menit tabung cuvet diisi dengan sampel sebanyak 5 ml, terus dituangkan DPD Total Chlorine Reagent. Kemudian dihomogenkan.
k.    Terus tabung cuvet diletakkan di komparator.
l.           Kemudian tentukan warnanya yang sesuai agar warnanya sama antara  cuvet reagent dengan cuvet sampel dan lihat hasilnya dengan colour disc.
m.       Selanjutnya daya sergap klor dihitung dengan rumus :
Daya sergap klor = (klor segera – sisa klor tetap) + angka keamanan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil
1.      Hasil pengujian kesadahan air
Tabel 1
Hasil Pengujian Kesadahan Air Sumur Gali
Pondok Hidayat Jl. Sahabat raya Tamalanrea
Uji kesadahan
Jumlah titrasi (ml)
Warna awal
Warna akhir
Kalsium
6
merah muda
ungu
Total
14
merah tua
biru tua
Sumber : Data Primer 2012
2.      Hasil pengujian klor
Klor segera      = 0,5
Klor total         = a. 2,0
                           b. 0,5
                           c. 0,3           
Berdasarkan hasil pengamatan, pada uji kesadahan kalsium didapatkan jumlah titrasi sebanyak 3,1 ml untuk mengalami perubahan warna dari warna merah muda menjadi ungu setelah dititrasi dengan EDTA. Sedangkan pada uji kesadahan total didapatkan jumlah titrasi sebanyak 25 ml  untuk mengalami perubahan warna dari warna merah tua menjadi biru tua.


Maka dapat dimasukkan ke dalam rumus:
1.         Pemeriksaan Kalsium ( Ca2+ )
Ca =  
            =
            = 20 × 6 × 0,97 × 0,4
            = 46,56 mg/l
2.         Pemeriksaan Total
Total =
     =  1 mg/l
     = 20 × 14 × 0,97 × 0,56
     = 152,09 mg/l
3.         Pemeriksaan Magnesium ( Mg )
Mg =
=
= 20 × 2,9 × 0,97 × 0,244
= 37,244 mg/l
4.      Daya sergap klor                   = sisa klor segera – sisa klor tetap
                                                     = 0,5 – 0,3
= 0,2 mg/l
Jumlah klor yang dibutuhkan = daya sergap klor + angka keamanan klor
                                                     =  0,2 + 0,3
                                                    = 0,5 mg/l  
Jumlah Kaporit                    = 100/1 x 0,5
                                                    = 50 mg/l
B.       Pembahasan
1.    Kesadahan
Pada praktikum ini bertujuan untuk menentukan tingkat kesadahan  air sumur gali Pondok Hidayat Jl. Sahabat raya Tamalanrea Makassar dengan menggunakan reaksi pembentukkan ion kompleks. Langkah yang dilakukan adalah penentuan kesadahan air yaitu dengan menggunakan metode complexometri, yaitu dipakai garam EDTA (Ethylene Diamene Tetraacetic Acid). Dalam percobaan ini juga dilakukan penambahan larutan NaOH 1 N sebanyak 2 ml  dan larutan buffer sebanyak 1 ml dengan tujuan agar larutan menjadi basa. Selain itu juga digunakan beberapa indikator yakni murexide dan EBT, penambahan indikator murexide ke dalam sampel air mengakibatkan sampel air  tersebut berubah warna menjadi merah muda (pink).
Pada praktikum ini, diperoleh kadar kalsium (Ca) sebanyak  46,56 mg/l. Perhitungan kesadahan kalsium terhadap sampel air ini menunjukkan bahwa nilai kesadahan kalsium pada sampel air ini sebesar 46,56 mg/l. Dengan mengetahui nilai kesadahan kalsium dari masing-masing sampel air sumur yang digunakan akan terlihat kesadahan yang diakibatkan ion kalsium. Sementara untuk nilai kesadahan total diperoleh hasil 152,09 mg/l. Pengukuran kesadahan total pada sampel air ditujukan untuk mengetahui apakah sampel air tersebut mengalami kesadahan yang berasal dari ion magnesium dan kalsium. Pengukuran   kesadahan magnesium pada sampel air ini tidak dilakukan melalui  percobaan, tetapi hanya melalui perhitungan. Hal ini dilakukan untuk keefektifan bekerja. Dimana kesadahan magnesium ini didapat dari hasil pengurangan antara kesadahan total dengan kesadahan kalsium. Dua hal yang digunakan untuk melakukan perhitungan kesadahan magnesium ini telah tersedia, sehingga dapat dilakukan perhitungan kesadahan magnesium. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebesar 37,244 mg/l magnesium. Berdasarkan semua hasil pengukuran diketahui bahwa kesadahan air sumur gali pondok Hidayat Jl.Sahabat raya Tamalanrea Makassar  disebabkan karena ion magnesium. Hal ini dibuktikan dari nilai kesadahan magnesium yang lebih besar daripada  kesadahan kalsiumnya.
Menurut PERMENKES No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih bahwa kadar maksimum kesadahan dalam air sebanyak 500 mg/l. berdasarkan hal tersebut maka air sumur gali di Pondok Hidayat  Jl. Sahabat raya Tamalanrea Makassar tidak memenuhi syarat karena melewati nilai ambang batas untuk total kesadahan dalam air. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan terhadap air pada sumur tersebut agar kesadahan air dapat diminimalkan sehingga tidak melewati batas dan  tidak memberikan dampak bagi yang mengkonsumsi air tersebut.
Dampak yang ditimbulkan akibat air sadah bagi kesehatan antara lain adalah dapat menyebabkan cardiovascular disease (penyumbatan pembuluh darah jantung) dan urolithiasis (batu ginjal). Selain itu air sadah juga dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan kran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan.
2.      Jumlah Klor
Dari hasil pengamatan, dilihat ada perbedaan antara pemeriksaan pertama, pemeriksaan kedua dan pada pemeriksaan ketiga. Hal ini terlihat jelas pada pemeriksaan pertama didapat total klor sebanyak 0,5 mg/l, pemeriksaan kedua mengalami penurunan total klor menjadi 0,3 mg/l dan pada pemeriksaan ketiga total klor tetap menjadi 0,3 mg/l.
Kadar klorida pada sampel air dengan menggunakan metode Argentometri di dapatkan nilai kadar klorida 0,5 mg/ l, dan telah memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai dengan Permenkes, RI No 907/ Menkes/ SK/ VII/ 2002, sebagai mana kadar maksimal klorida yang diperbolehkan untuk air minum adalah 250 mg/l (Jatilaksono, 2009).
Daya sergap chlor adalah banyaknya chlor  aktif yang dipakai oleh senyawa pereduksi yang ada dalam air. Senyawa peredusi dapat berbentuk senyawa anorganik, misalnya garam-garam, fe2+ , Mn2+ , NO2-, H2S dan lain-lain atau berupa senyawa organik baik yang hidup maupun yang mati.

BAB V
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa sampel air sumur gali yang telah diteliti memiliki jumlah kesadahan 152,09 mg/l sehingga dinyatakan masih memenuhi syarat untuk dikonsumsi sesuai dengan standar kesadahan menurut WHO dan standar air minum menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 500 mg/l. Sedangkan kadar klor pada air sumur gali Pondok Hidayat Jl. Sahabat raya Tamalanrea yakni 0,5 mg/l sehingga dinyatakan masih memenuhi syarat namun masih perlu ditambahkan karena kadar klor pada air tersebut sangat rendah, sebagaimana ditetapkan dalam standar air minum menurut Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor 907/ MENKES/ SK/ VII/ 2002 yaitu 250 mg/l.
B.       Saran
1.      Hendaknya kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan utamanya penyediaan air bersih.
2.      Bagi penderita batu ginjal hendaknya berhati-hati dengan air sadah karena air sadah dapat mengendap sehingga dapat memperburuk keadaan penderita.
3.      Hendaknya masyarakat tahu air sadah berlebih dengan melakukan uji sederhana sebelumnya, Caranya campurkan segelas air keruh/bau yang akan diuji dengan air bersih, apabila keruh/bau hilang berarti kadar bau/keruhnya rendah, apabila masih tercium bau atau keruh maka air itu sebaiknya tidak digunakan lagi. Cara terpopuler untuk menguji kandungan kimia dalam air adalah dengan menggunakan air teh. Caranya campurkan air yang akan diuji dengan air teh kemudian diamkan minimal 12 jam.
4.      Kadar klor pada air harus tetap dipantau karena klor sangat berfungsi untuk membersihkan bakteri.

 
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Komponen Air Bersih. hhtp://digilib-mpl. Net/Detail. Php?Row=2&Tp=Airminum&Kode=865. [Diakses 2 April 2012].

Anwar Daud dkk, 2010. Buku Praktikum Kesehatan Lingkungan. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Atastina, Dkk, 2005. Penghilangan Kesadahan air yang Mengandung ion Ca2+ dengan menggunakan zeolit Alam Lampung sebagai Penukar Kation. [online]. http://ilhadsblog.blogspot.com/ [Diakses 3 April 2012].

Jatilaksono. 2009. Laporan Praktikum KloRida. [online]. http://www.desinfektan/tp%20klorin.htm.com [Diakses 2 April 2012]


Kris, 2006. Air Sadah. [online]. http://ilhadsblog.blogspot.com/ [Diakses  3 April 2012].
Mariana, dkk. 2004. Kualitas fisik dan kimia air pam di jakarta, Bogor, tangerang, bekasi Tahun 1999 – 2001. [Online]  http://www.litbang.depkes.go.id/media/data/air.pdf.[Diakses 2 April 2012].

Ritaharyanti, 2006. Hubungan kesadahan air sumur dengan kejadiaan penyakit batu saluran kencing di kabupaten brebes tahun 2006. The association between the hardness of well water and the incidence of urolithiasis at brebes regency in 2006 (2006 - skripsi). [Online] http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2906. [diakses 2 April 2012].

Sanropie, Dkk. 1984. Penyedian Air Bersih. [online]. http://ilhadsblog.blogspot.com/ [Diakses 2 April 2012]

Saksono, N. 2006. Magnetisasi Air Sadah Untuk Pencegahan Pembentukan Kerak. [Online] http://staff.ui.ac.id/internal/132092428/publikasi/magnetisasiairsadah. _Nelson_ok_.pdf. [diakses 3 April 2012]