- Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama [2].
- James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama [3].
- Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih[4].
- Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. [5].
- Sebuah kesatuan yang terdiri dari sekelompok orang yang bertindak
secara bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan bersama (Burky
dan Perry, 1998).
Tiga aspek dalam pengorganisasian masyarakat meliputi proses, masyarakat serta berfungsinya masyarakat.
- Pengertian Proses dalam Pengorganisasian masyarakat merupakan proses yang dapat terjadi secara sadar tetapi mungkin pula merupakan proses yang tidak disadari oleh masyarakat.
- Sedangkan pengertian Masyarakat, dapat diartikan sebagai suatu kelompok besar yang mempunyai batas-batas geografis, bisa pula diartikan sebagai suatu kelompok dari mereka yang mempunyai kebutuhan bersama dan berada dalam kelompok yang besar tadi.
- Berfungsinya masyarakat (functional community) ditandai dengan keberhasilan mengajak orang-orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja, membuat rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, serta melakukan usaha-usaha/kampanye untuk menggolkan rencana tersebut
Sedangkan bentuk yang tidak langsung (indirect), mempersyaratkan adanya orang-orang yang benar-benar yakin akan adanya kebutuhan/masalah dalam masyarakat yang jika diambil tindakan-tindakan untuk mengatasinya maka akan timbu manfaat bagi masyarakat. Hal ini dapat berupa badan perencanaan yang mempunyai dua fungsi, yaitu untuk menampung apa yang direncanakan secara tidak formal oleh para petugas, serta mempunyai efek samping terhadap mereka yang belum termotivasi dalam kegiatan ini.
Metode pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat diklasifikasikan sebagai berikut :
- Spesific content objective approach – Seseorang atau badan/lembaga yang telah merasakan adanya kepentingan nagi masyarakat dapat mengajukan suatu program untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan.
- General content objective approach – Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengkoordinir berbagai usaha dalam wadah tertentu.
- Proses objective approach – Penggunaannya agar timbul prakarsa dari masyarakat, timbul kerjasama dari anggota masyarakat untuk akhirnya masyarakat sendiri mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kapasitas mereka dalam melakukan usaha mengatasi masalah.
- Mampu mendekati masyarakat dan merebut kepercayaan mereka dan mengajaknya untuk kerjasama serta membangun rasa saling percaya antara petugas dan masyarakat.
- Mengetahui dengan baik sumber-sumber daya maupun sumber-sumber alam yang ada di masyarakat dan juga mengetahui dinas-dinas dan tenaga ahli yang dapat dimintakan bantuan.
- Mampu berkomunikasi dengan masyarakat, dengan menggunakan metode dan teknik khusus sedemikian rupa sehingga informasi dapat dipindahkan, dimengerti dan diamalkan oleh masyarakat.
- Mempunyai kemampuan profesional tertentu untuk berhubungan dengan masyarakat melalui kelompok-kelompok tertentu.
- Mempunyai pengetahuan tentang masyarakat dan keadaan lingkungannya.
- Mempunyai pengetahuan dasar mengenai ketrampilan (skills) tertentu yang dapat segera diajarkan kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara menyeluruh.
- Mengetahui keterbatasan pengetahuannya sendiri.
Di dalam negara yang sedang berkembang terdapat siklus keadaan yang merupakan suatu lingkaran yang tak berujung yang menghambat perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Maksudnya, keadaan sosial ekonomi rendah yang mengakibatkan ketidakmampuan dan ketidaktahuan, ketidakmampuan dan ketidaktahuan ini selanjutnya mengakibatkan produktivitas secara umum juga rendah, produktivitas yang rendah selanjutnya membuat keadaan sosial ekonomi semakin rendah dan seterusnya.
Langkah-langkah untuk mengembangkan dan meningkatkan dinamika masyarakat, hendaknya menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1. Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan
2. Pertinggi mutu potensi yang ada
3. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada
4. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan
Pengembangan masyarakat membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan untuk berorganisasi, berkomunikasi dan menguasai lingkungan fisiknya. Pembangunan ekonomi terjadi bila masyarakat melaksanakan program-program pembangunan fisik tanpa mengembangkan kapasitas manusianya (Bhattacarya).
Unsur-unsur program pengembangan masyarakat
- Program terencana yang terfokus kepada kebutuhan-kebutuhan menyeluruh (total needs) dari masyarakat yang bersangkutan.
- Mendorong swadaya masyarakat (ini merupakan unsur paling utama)
- Adanya bantuan teknis dari pemerintah maupun badan-badan swasta atau organisasi-organisasi sukarela, yang meliputi tenaga personil, peralatan, bahan ataupun dana
- Mempersatukan berbagai spesialisasi seperti pertanian, peternakan, kesehatan masyarakat, pendidikan, kesejahteraan keluarga, kewanitaan, kepemudaan, dll untuk membantu masyarakat.
- Program integratif – Memerlukan pemgembangan melalui koordinasi dinas-dinas teknis
- Program adaptis – Fungsi pengembangan masyarakat cukup ditugaskan pada salah satu kementrian.
- Program proyek – dalam bentuk usaha-usaha terbatas pada wilayah tertentu dan program disesuaikan khusus kepada daerah yang bersangkutan
- Biarkan agar masyarakat sendiri yang menentukan masalah, baik yang dihadapi secara perorangan atau kelompok.
- Biarkan agar masyarakat sendiri yang membuat analisis untuk selanjutnya menyusun rencana usaha perbaikan yang akan dilakukan.
- Biarkan agar masyarakat sendiri yang mengorganisir diri untuk melaksanakan usaha perbaikan tersebut.
- Sedapat mungkin digali dari sumber-sumber yang ada dalam masyarakat sendiri dan kalau betul-betul diperlukan dimintakan bantuan dari luar.
1. Menumbuhkan rasa percaya kepada diri sendiri
2. Menimbulkan rasa bangga dan semangat gairah kerja
3. Mengingatkan dinamika masyarakat untuk membangun
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
FALSAFAH DASAR PENGEMBANGAN MASYARAKAT
DASAR PEMIKIRAN Dan Metodelogi Pengembangan
Dalam negara yang sedang berkembang terdapat siklus keadaan yang merupakan suatu lingkaran yang tak berujung, yang menghambat perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Masalah kesehatan masyarakat di
Keadaan yang saling kait mengkait ini menghambat perkembangan masyarakat secara keseluruhan dan suatu tindakan harus dilakukan untuk memotong lingkaran yang tak berujung ini agar selanjutnya kita dapat meningkatkan keadaan masyarakat secara menyeluruh.
Adam Curle (1970) ahli pengembangan masyarakat berpendapat bahwa : Sumber – sumber keterbelakangan masyarakat bukan terletak pada kurangnya pendayagunaan sumber – sumber ekonomi, tetapi pada penggunaan yang salah dari sumber daya manusiawi ( …… the wrong use of people…….). Dalam masyarakat itu sendiri sebenarnya terdapat suatu dinamika yang membuat mereka mampu bertahan dalam keadaan yang sulit dan hal itu sebenarnya merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Sampai seberapa jauh potensi itu telah berkembang, dapat dilihat dari keadaan perkembangan masyarakat itu sendiri. Pada masyarakat yang sudah berkembang, maka hal ini menunjukkan bahwa mereka telah dapat memanfaatkan potensi yang mereka miliki ; Sedangkan pada masyarakat yang belum berkembang berarti mereka belum banyak memanfaatkan potensi yang mereka miliki.
Beberapa definisi yang memberikan pengertian tentang Pengembangan Masyarakat antara lain :
1. Menurut ” Bhattacarya “
Pengembangan Masyarakat adalah Pengembangan manusia yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan manusia untuk mengontrol lingkungannya.
Pengembangan masyarakat merupakan usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan untuk berorganisasi, berkomunikasi dan menguasai lingkungan fisiknya. Manusia didorong untuk mampu membuat keputusan, mengambil inisiatif dan mampu berdiri sendiri.
2. Menurut ” T.R. Betten”.
Pengembangan Masyarakat bertujuan mempengaruhi perikehidupan rakyat jelata dimana keberhasilannya tergantung sekali pada kemauan masyarakat untuk aktif bekerjasama.
3. Menurut ” Yayasan Indonesia Sejahtera “
Pengembangan Masyarakat adalah Usaha – usaha yang menyadarkan dan menanamkan pengertian kepada masyarakat agar dapat menggunakan dengan lebih baik semua kemampuan yang dimiliki, baik alam maupun tenaga, serta menggali inisiatif setempat untuk lebih banyak melakukan kegiatan investasi dalam mencapai kesejahteraan yang lebih baik.
Hakekat Pengembangan Masyarakat pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia atau kesejahteraan masyarakat.
Hal ini sebenarnya mempunyai kesamaan / tidak berbeda atau dalam arti lain sejalan dengan hakekat pembangunan ekonomi pada umumnya.
Setiap usaha yang bertujuan untuk mengembangkan masyarakat hendaknya menempuh langkah – langkah sebagai berikut :
1. Ciptakan kondisi agar potensi ( kemampuan ) setempat dapat dikembangkan dan dimanfaatkan.
Potensi setempat sering kali tidak bisa digunakan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat karena adanya berbagai hambatan. Oleh karena
itu diperlukan kemampuan menganal hambatan – hambatan ini untuk selanjutnya bersama masyarakat menciptakan suatu kondisi agar potensi yang sudah ada dapat dimanfaatkan untuk peningkatan taraf hidup.
2. Tingkatkan mutu potensi yang ada.
Tergalinya potensi setempat harus diikuti dengan peningkatan mutu agar dapat diperoleh manfaat yang optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan mengikutsertakan masyarakat setempat sejak awal kegiatan hingga pelaksanaan dan perluasan kegiatan dengan mengadakan kegiatan – kegiatan pendidikan yang bersifat non formal.
3. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada.
Terlaksananya kegiatan sebagai wujud pemanfaatan potensi yang ada bukanlah suatu tujuan akhir. Harus diusahakan agar kegiatan tersebut tidak berhenti begitu saja tetapi diikuti dengan kegiatan lain sebagai hasil daya cipta masyarakat. Untuk itu yang perlu diperhatikan adl :
Setiap kegiatan harus menimbulkan kepuasan agar timbul gairah dan daya cipta dari seluruh komponen masyarakat,F
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan harus yang berkelanjutan,F
Harus ada latihan untuk pembentukan kader yang didikuti dengan usaha meningkatkan keterampilan.F
4. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan
Tujuan akhir dari peningkatan pengembangan masyarakat adalah agar proses pengembangan masyarakat tersebut mampu menghasilkan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan bertitik tolak dari pengertian tentang Pengembangan Masyarakat seperti yang telah diuraikan tersebut di atas, maka masyarakat merupakan Subyek dari kegiatan yang menjadi sasaran kegiatan. Peranan lembaga dari luar hanyalah sebagai perangsang agar proses yang terjadi berjalan secara optimal. Dengan demikian, maka Penjabarannya secara Operasional dilaksanakan dengan cara :
1. Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang menentukan masalah kesehatannya, baik yang dihadapi secara individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
2. Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang membuat analisa dan kemudian menyusun perencanaan penanggulangan masalah.
3. Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang mengorganisir diri untuk melaksanakan usaha perbaikan tersebut.
4. Dalam proses ini sedapat mungkin digali sumber – sumber daya yang ada dalam masyarakat sendiri dan kalau betul – betul diperlukan dimintakan bantuan dari luar.
Dengan menjadikan masyarakat sebagai Subyek kegiatan, maka Tujuan yang ingin dicapai dalam Pengembangan Masyarakat adalah :
1. Menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri.
2. Menimbulkan rasa bangga, semangat dan gairah kerja
3. Meningkatkan dinamika masyarakat untuk membangun
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka harus diperhatikan Prinsip – prinsip dalam Pengembangan Masyarakat sebagai berikut :
1. Program ditentukan oleh atau bersama masyarakat.
2. Program harus disesuaikan dengan kemampuan masyarakat setempat,
3. Dalam melaksanakan kegiatan harus selalu diberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan agar agar dari satu kegiatan dapat dihasilkan kegiatan lainnya,
4. selama proses ini petugas harus bersedia mendampingi masyarakat dengan mengambil fungsi sebagai katalisator untuk mempercepat proses.
Dalam Program Pengembangan Masyarakat, terkandung Unsur – unsur penting sebagai berikut :
1. Program terencana dan terfokus pada kebutuhan – kebutuhan menyeluruh ( Total Needs ) dari masyarakat yang bersangkutan,
2. Mendorong Swadaya Masyarakat ( ini adalah Unsur Utama ),
3. Adanya bantuan teknis dari pemerintah maupun badan – badan swasta atau organisasi – organisasi sukarela, yang meliputi tenaga atau personil, peralatan, bahan dan dana bersifat sementara dan tidak menimbulkan ketergantungan,
4. Mempersatukan berbagai spesialisasi seperti kesehatan masyarakat, pertanian, peternakan, pendidikan, kesejahteraan keluarga, kewanitaan, kepemudaan dll untuk membantu masyarakat.
Menurut Mezirow ( 1963 ), ada 3 macam Bentuk Program dalam Usaha Pengembangan Masyarakat, yaitu :
1. Program Integratif
Pengembangan Masyarakat melalui koordinasi dinas – dinas teknis terkait atau yang lebih dikenal dengan Kerjasama Lintas Sektoral
2. Program Adaptif
Pengembangan Masyarakat hanya ditugaskan kepada salah satu Instansi/Departemen yang bersangkutan saja yang secara khusus melaksanakan kegiatan tersebut atau yang dikenal dengan Kerjasama Lintas Program.
3. Program Proyek
Pengembangan Masyarakat dalam bentuk usaha – usaha terbatas di wilayah tertentu dan program disesuaikan dg kebutuhan wilayah tsb.
Namun demikian terlepas dari semua pengertian tersebut tentang Pengembangan Masyarakat, maka “Charles Erasmus” merupakan orang yang berpandangan kontra pengembangan masyarakat, yang menyatakan bahwa Orang – orang dewasa yang sudah mencapai tingkat kematangan tertentu, yang telah mempunyai perasaan – perasaan rendah diri dan tidak percaya diri sendiri dan mempunyai kecenderungan untuk menghindari situasi – situasi baru, tidak mungin dirubah dalam sekejap, sekalipun dibuka kesempatan – kesempatan.
Menurut Erasmus, Pengembangan Masyarakat hanyalah suatu “Adult Manipulation” belaka. Ia berkeyankinan bahwa faktor yang penting dalam pembangunan adalah adanya kesempatan menuju perubahan ( Perubahan Sosial ). Kalau momentumnya tepat, pembangunan materiil akan merangsang tumbuhnya cara – cara hidup yang lebih sehat untuk seterusnya, tanpa melalui filsafat birokratis tentang swadaya masyarakat.
BAB II
PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
PENGERTIAN
Menurut “Ross Murray” Pengorganisasian Masyarakat adalah : Suatu proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan dan menentukan prioritas dari kebutuhan – kebutuhan tersebut, dan mengembangkan keyakinan untuk berusaha memenuhi kebutuhan – kebutuhan sesuai dengan skala prioritas berdasarkan atas sumber – sumber yang ada dalam masyarakat sendiri maupun yang berasal dari luar dengan usaha secara gotong royong.
ASPEK – ASPEK PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
Pada pengertian tersebut terdapat 3 aspek penting yang terkandung di dalamnya, yaitu :
1. PROSES
a). Merupakan proses yang terjadi secara sadar, tetapi mungkin juga tidak disadari,
b). Jika proses disadari, berarti masyarakat menyadari akan adanya kebutuhan,
c). Dalam prosesnya ditemukan unsur – unsur kesukarelaan. Kesukarelaan timbul karena adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan sehingga mengambil inisiatif atau prakarsa untuk mengatasinya,
d). Kesukarelaan juga terjadi karena dorongan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan kelompok atau masyarakat,
e). Kesadaran terhadap kebutuhan dan masalah yang dihadapi biasanya ditemukan pada segelintir orang saja yang kemudian melakukan upaya menyadarkan masyarakat untuk mengatasinya.
f). Selanjutnya mengintruksikan kepada masyarakat untuk bersama – sama mengatasinya.
2. MASYARAKAT
Masyarakat biasanya diartikan sebagai :
a). Kelompok besar yang mempunyai Batas – batas Geografis : Desa, Kecamatan, Kabupaten dsb.
b). Suatu kelompok dari mereka yang mempunyai kebutuhan bersama dari kelompok yang lebih besar,
c). Kelompok kecil yang menyadari suatu masalah harus dapat menyadarkan kelompok yang lebih besar,
d). Kelompok yang secara bersama – sama mencoba mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhannya.
3. BERFUNGSINYA MASYARAKAT
Untuk dapat memfungsikan masyarakat, maka harus dilakukan langkah – langkah sebagai berikut :
a). Menarik orang – orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja, untuk membentuk kepanitiaan yang akan menangani masalah – masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,
b). Membuat rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh keseluruhan masyarakat,
c). Melakukan upaya penyebaran rencana ( kampanye ) untuk mensukseskan rencana tersebut.
PERSYARATAN PETUGAS
Untuk menentukan seseorang sebagai “Community Worker” atau sebagai “Promotor Kesehatan Desa (Promokesa)”, harus memiliki syarat – syarat sebagai berikut :
1. Mampu menggunakan berbagai pendekatan kepada masyarakat sehingga dapat menarik kepercayaan masyarakat,
2. Mampu mengajak masyarakat untuk bekerjasama serta membangun rasa saling percaya antara petugas dan masyarakat,
3. Mengetahui dengan baik sumber daya dan sumber alam yang ada di masyarakat, yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah,
4. Mampu berkomunikasi secara baik dengan masyarakat, menggunakan metode dan teknik komunikasi yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat sehingga informasi dapat dimengerti dan dilaksanakan oleh masyarakat,
5. Mempunyai kemampuan profesional dalam berhubungan dengan masyarakat, baik formal leader maupun informal leader,
6. Mempenyai pengetahuan tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keadaan lingkungannya,
7. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan yang dapat diajarkan kepada masyarakat,
8. Mengetahui dinas – dinas terkait dan tenaga ahli yang ada di wilayah tersebut untuk dimintakan bantuan keikutsertaannya dalam memecahkan masalah masyarakat dan memenuhi kebutuhan mereka.
PENDEKATAN DALAM PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
Pada prinsipnya Pengorganisasian Masyarakat mempunyai orientasi kepada kegiatan tertentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu menurut “Ross Murray” dalam Pengorganisasian Masyarakat, terdapat 3 Pendekatan yang digunakan, yaitu :
1. Spesific Content Objective Approach
Adalah : Pendekatan baik perseorangan ( Promokesa ), Lembaga swadaya atau Badan tertentu yang merasakan adanya masalah kesehatan dan kebutuhan dari masyarakat akan pelayanan kesehatan, mengajukan suatu proposal / program kepada instansi yang berwenang untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Contoh : Program penanggulangan sampah.
2. General Content Objective Approach
Adalah : Pendekatan yang mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang kesehatan dalam suatu wadah tertentu.
Misalnya : Program Posyandu, yang melaksanakan 5 – 7 upaya kesehatan yang dijalankan sekaligus.
3. Process Objective Approach
Adalah : Pendekatan yang lebih menekankan kepada proses yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagai pengambil prakarsa, mulai dari mengidentifikasi masalah, analisa, menyusun perencanaan penaggulangan masalah, pelaksanaan kegiatan, sampai dengan penilaian dan pengembangan kegiatan ; dimana masyarakat sendiri yang mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.
Yang dipentingkan dalam pendekatan ini adalah Partisipasi masyarakat / Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan Kegiatan.
LANGKAH2 PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
Menurut “Adi Sasongko ( 1978 )”, langkah – langkah yang harus ditempuh dalam Pengorganisasian Masyarakat adalah :
1. Persiapan sosial :
a). Pengenalan Masyarakat
b). Pengenalan Masalah
c). Penyadaran Masyarakat
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
4. Perluasan
1. PERSIAPAN SOSIAL
Tujuan persiapan sosial adalah mengajak pasrtisipasi atau peran serta masyarakat sejak awal kegiatan, selanjutnya sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan hingga pengembangan program kesehatan masyarakat.
Kegiatan – kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditekankan kepada persiapan – persiapan yang harus dilakukan baik aspek teknis, administratif dan program – program kesehatan yang akan dilakukan.
a). Tahap Pengenalan Masyarakat
Dalam tahap awal ini kita harus datang ke tengah – tengah masyarakat dengan hati yang terbuka dan kemauan untuk mengenal masyarakat sebagaimana adanya, tanpa disertai prasangka sambil menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan. Tahap ini dapat dilakukan baik melalui Jalur Formal yaitu dengan melalui sistem pemerintahan setempat seperti Pamong Desa atau Camat, dan dapat juga dilakukan melalui Jalur Informal misalnya wawancara dengan To-Ma, seperti Guru, Pemuka Agama, tokoh Pemuda,dll.
b). Tahap Pengenalan Masalah
Dalam tahap ini dituntut suatu kemampuan untuk dapat mengenal masalah – masalah yang memang benar – benar menjadi kebutuhan masyarakat. Untuk dapat mengenal masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh tersebut, diperlukan interaksi dan interelasi dengan masyarakat setempat secara mendalam.
Dalam tahap ini mungkin akan banyak ditemukan masalah – masalah kesehatan masyarakat, oleh karena itu harus disusun skala prioritas penanggulangan masalah. Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk menyusun prioritas masalah adalah :
1). Beratnya Masalah
Yang perlu dipertimbangkan di dini adalah Seberapa jauh masalah tersebut menimbulkan gangguan terhadap masyarakat.
2). Mudahnya Mengatasi
Yang diperhatikan adalah kemudahannya dalam menanggulangi masalah tersebut.
3). Pentingnya Masalah Bagi Masyarakat
Yang paling berperan di sini adalah Subyektifitas masyarakat sendiri dan sangat dipengaruhi oleh kultur – budaya setempat
4). Banyaknya Masyarakat yang Merasakan Masalah
Misalnya perbaikan Gizi, akan lebih mudah dilaksanakan di wilayah yang banyak balitanya.
c). Tahap Penyadaran Masyarakat
Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar mereka :
1). Menyadari masalah – masalah kesehatan yang mereka hadapi
2). Secara sadar berpartisipasi dalam kegiatan penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi,
3). Tahu cara memenuhi kebutuhan akan upaya pelayanan kesehatan sesuai dengan potensi dan sumber daya yang ada.
Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka akan pelayanan kesehatan, diperlukan suatu mekanisme yang terencana dan terorganisasi dengan baik, untuk itu beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka Menyadarkan Masyarakat adalah :
1). Lokakarya Mini Kesehatan,
2). Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD )
3). Rembuk Desa
2. PELAKSANAAN
Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam Lokakarya Mini atau MMD, maka langkah selanjutnya adalah Melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan masyarakat adalah :
1). Pilihlah kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,
2). Libatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam upaya penaggulangan masalah,
3). Kegiatan disesuaikan dengan kemampuan, waktu, dan sumber daya yang tersedia di masyarakat,
4). Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka mempunyai kemampuan dalam penanggulangan masalah.
3. EVALUASI
Penilaian dapat dilakukan setelah pelaksanaan dijalankan dalam jangka waktu tertentu. Dalam melakukan penilaian ada 2 cara, yaitu :
1). Penilaian Selama Kegiatan Berlangsung
• Disebut juga Penilaian Formatif = Monitoring
• Dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan kegiatan yang dijalankan sesuai dengan perencanaan penanggulangan masalah yang telah disusun.
• Sehingga dapat diketahui perkembangan hasil yang akan dicapai.
2). Penilaian Setelah Program Selesai Dilaksanakan
• Disebut juga Penilaian Sumatif = Penilaian Akhir Program
• Dilakukan setelah melalui jangka waktu tertentu dari kegiatan yang dilakukan.
• Dapat diketahui apakah tujuan / target dalam pelayanan kesehatan telah tercapai atau belum.
4. PERLUASAN
Perluasan merupakan pengembangan dari kegiatan yang dilakukan, dan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1). Perluasan Kuantutatif
Yaitu : perluasan dengan menambah jumlah kegiatan yang dilakukan, baik pada wilayah setempat maupun wilayah lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
2). Perluasan Kualitatif
Yaitu : perluasan dengan dengan meningkatkan mutu atau kualitas kegiatan yang telah dilaksanakan sehingga dapat meningkatkan kepuasan dari masyarakat yang dilayani
KONSEP UMUM PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
PENGORGANISASIAN MASYARAKAT (COMMUNITY ORGANIZING)
sesungguhnya adalah sebuah pemikiran dan pola kerja yang telah ada dan berlangsung sejak berabad-abad yang lampau, yaitu serangkaian upaya membangun masyarakat untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik,lebih sejahtera dan adil dari sebelumnya dengan mengacu pada harkat dan martabat kemanusiaan seutuhnya.
sebagai suatu rumusan konsep pemikiran dan pola kerja paling tidak sudah dikenal pada masa kehidupan Lao Tse didataran cina,pada abad 7 sebelum Masehi.
Padaabad kedua puluh konsep dari pemikiran dan pola kerja Pengorganisasian Masyarakat tersebut menjadi populer kembali, sebagai reaksi terhadap gagasan dan praktek-praktek pembangunan atau"modernisasi"yang ternyata berujung pada tertekan harkat kemanusiaan dan pengurasan secara dasyat berbagai
sumber daya alam untuk kepentingan sekelompok kecil manusia di bumi ini.
SaulAlinsky dan Paulo Freire adalah sebagian dari tokoh-tokoh yang mengangkat kembali, dan mempraktekkan pemikiran dan pola kerja pengorganisasian masyarakat seiring dengan konsep yang telah dirumuskan oleh Lao Tse, walaupun terjadi perubahan-perubahan (tepatnya : penyesuaian) di tingkat teknik karena latar belakang dan kondisi masyarakat maupun jaman yang berbeda.
sampai sekarang yang telah dikenal oleh para aktivis Ornop mengenai intisari
pemikiran dalam Pengorganisasian Masyarakat adalah, bahwa :
1. Masyarakat memiliki daya dan upaya untuk membangun kehidupannya sendiri.
2. Masyarakat memiliki pengetahuan dan kearifan tersendiri dalam menjalani kehidupannya secara alami.
3. Upaya pembangunan masyarakat akan efektif apabila melibatkan secara aktif seluruh komponen masyarakat sebagai pelaku sekaligus penikmat pembangunan, serta
4. Masyarakat memiliki kemampuan membagi diri sedemikian rupa dalam peran-peran pembangunan mereka.
Semangat yang mendasari pilihan atas paradigma Lao-Tse tersebut pada dasarnya adalah mengembalikan harkat dan martabat manusia seutuhnya dalam berbagai gagasan dan proses pembangunan .
untuk itu strategi dasarnya adalah dengan jalan :
1. Menempatkan masyarakat sebagai SUBYEK utama pembangunan, baik dalam proses maupun pencapaian hasil pembangunan.
2. Gagasan suatu pembangunan masyarakat harus mengacu pada kepentingan dan kebutuhan mayarakat itu sendiri; serta
3. Pembangunan harus bertumpu pada potensi dan kemampuan masyarakat
Pengorganisasian Masyarakat, yang banyak terfokus pada lingkungan masyarakat marjinal, bekerja dengan mengajarkan komunitas atau masyrakat untuk membongkar bungkus alienasi (keterasingan) dan marjinalisasi (penyisihan) dengan jalan pembodohan da pemiskinan yang sudah terjadi secara yang sudah terjadi secara sistematis dan terstruktur.
Jadi, sebuah proses Pengorganisasian Masyarakat yang benar harus mampu memberiakan pencerahan dan penyadaran kepada komunitas bahwa kehidupan adalah milik bersama. Pengorganisasian Masyarakat juga harus dapat mengingatkan orang terhadap kecenderungan konsumtif, selalu mencari kemudahan dan pragmatis. Sehingga tidak lagi memiliki daya kreasi dan kemandirian dalam menjalani dan mensikapi kehidupan ini.
Pengorganisasian Masyarakat juga harus dapat mengingatkan orang terhadap kecenderungan konsumtif, selalu mencari kemudahan dan pragmatis.
Sehingga tidak lagi memiliki daya kreasi dan kemandirian dalam menjalani dan mensikapi kehidupan ini.
1. Definisi Pengorganisasikan Masyarakat
Secara Umum Pengorganisasian Masyarakat didefinisikan sebagai :
"Proses membangun kekuatan dengan melibatkan konstituen sebanyak mungkin melalui proses menemukenali ancaman yang ada secara bersama-sama, menemukenali penyelesaian-penyelesaian yang diinginkan terhadap ancaman-ancaman yang ada; menemu-kenali orang dan struktur, birokrasi, perangkat yang ada agar proses penyelesaian yang dipilih menjadi mungkin dilakukan, menyusun sasaran yang harus dicapai; dan membangun sebuah institusi yang secara demokratis diawasi oleh seluruh konstituen yang ada" (Dave Beckwith & Cristina Lopez, 1997).
Jadi pengorganisasian masyarakat bukan sekedar memobilisasimassa untuk suatu kepentingan, tetapi suatu proses pergaulan/pertemanan/persahabatan dengan suatu komunitas atau masyarakat yang lebih menitik-beratkan pada inisiatif masa kritis untuk mengambil tindakan-tindakan secara sadar dalam mencapai perubahan yang lebih baik.
2. Prinsip-prinsip Pengorganisir Masyarakat
Dalam menjalankan aktivitas pengorganisasian, prinsip yang harus dipegang dan dijadikan pedoman dalam berpikir dan berbuat bagi seorang pengorganisasi masyarakat adalah :
* Membangun pertemanan/persahabatan dengan komunitas atau masyarakat.
* Bersedia belajar dari kehidupan komunitas bersangkutan
* Membangun komunitas atau masyarakat dengan berangkat dari apa yang ada atau dimiliki oleh komunitas tersebut.
* Tidak berpretensi untuk menjadi pemimpin dan "tetua" dari komunitas tersebut.
* Mempercayai bahwa komunitas memiliki potensi dan kemampuan untuk membangun dirinya sendiri hingga tuntas.
Prinsip tersebut dirumuskan dari satu cuplikan ajaran Lao Tse (700 sm) yang lebih kurang berbunyi sebagai berikut :
"Datanglah kepada rakyat, hiduplah bersama mereka, belajarlah dari mereka, cintailah mereka,mulailah dari apa yang mereka tahu; bangunlah dari apa yang mereka punya; tetapi pedamping yang baik adalah, ketika pekerjaan selesai dan tugas selesai, rakyat berkata, "kami sendiri yang kerja".
PENGORGANISASIAN MASYARAKAT (COMMUNITY ORGANIZING)
sesungguhnya adalah sebuah pemikiran dan pola kerja yang telah ada dan berlangsung sejak berabad-abad yang lampau, yaitu serangkaian upaya membangun masyarakat untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik,lebih sejahtera dan adil dari sebelumnya dengan mengacu pada harkat dan martabat kemanusiaan seutuhnya.
sebagai suatu rumusan konsep pemikiran dan pola kerja paling tidak sudah dikenal pada masa kehidupan Lao Tse didataran cina,pada abad 7 sebelum Masehi.
Padaabad kedua puluh konsep dari pemikiran dan pola kerja Pengorganisasian Masyarakat tersebut menjadi populer kembali, sebagai reaksi terhadap gagasan dan praktek-praktek pembangunan atau"modernisasi"yang ternyata berujung pada tertekan harkat kemanusiaan dan pengurasan secara dasyat berbagai
sumber daya alam untuk kepentingan sekelompok kecil manusia di bumi ini.
SaulAlinsky dan Paulo Freire adalah sebagian dari tokoh-tokoh yang mengangkat kembali, dan mempraktekkan pemikiran dan pola kerja pengorganisasian masyarakat seiring dengan konsep yang telah dirumuskan oleh Lao Tse, walaupun terjadi perubahan-perubahan (tepatnya : penyesuaian) di tingkat teknik karena latar belakang dan kondisi masyarakat maupun jaman yang berbeda.
sampai sekarang yang telah dikenal oleh para aktivis Ornop mengenai intisari
pemikiran dalam Pengorganisasian Masyarakat adalah, bahwa :
1. Masyarakat memiliki daya dan upaya untuk membangun kehidupannya sendiri.
2. Masyarakat memiliki pengetahuan dan kearifan tersendiri dalam menjalani kehidupannya secara alami.
3. Upaya pembangunan masyarakat akan efektif apabila melibatkan secara aktif seluruh komponen masyarakat sebagai pelaku sekaligus penikmat pembangunan, serta
4. Masyarakat memiliki kemampuan membagi diri sedemikian rupa dalam peran-peran pembangunan mereka.
Semangat yang mendasari pilihan atas paradigma Lao-Tse tersebut pada dasarnya adalah mengembalikan harkat dan martabat manusia seutuhnya dalam berbagai gagasan dan proses pembangunan .
untuk itu strategi dasarnya adalah dengan jalan :
1. Menempatkan masyarakat sebagai SUBYEK utama pembangunan, baik dalam proses maupun pencapaian hasil pembangunan.
2. Gagasan suatu pembangunan masyarakat harus mengacu pada kepentingan dan kebutuhan mayarakat itu sendiri; serta
3. Pembangunan harus bertumpu pada potensi dan kemampuan masyarakat
Pengorganisasian Masyarakat, yang banyak terfokus pada lingkungan masyarakat marjinal, bekerja dengan mengajarkan komunitas atau masyrakat untuk membongkar bungkus alienasi (keterasingan) dan marjinalisasi (penyisihan) dengan jalan pembodohan da pemiskinan yang sudah terjadi secara yang sudah terjadi secara sistematis dan terstruktur.
Jadi, sebuah proses Pengorganisasian Masyarakat yang benar harus mampu memberiakan pencerahan dan penyadaran kepada komunitas bahwa kehidupan adalah milik bersama. Pengorganisasian Masyarakat juga harus dapat mengingatkan orang terhadap kecenderungan konsumtif, selalu mencari kemudahan dan pragmatis. Sehingga tidak lagi memiliki daya kreasi dan kemandirian dalam menjalani dan mensikapi kehidupan ini.
Pengorganisasian Masyarakat juga harus dapat mengingatkan orang terhadap kecenderungan konsumtif, selalu mencari kemudahan dan pragmatis.
Sehingga tidak lagi memiliki daya kreasi dan kemandirian dalam menjalani dan mensikapi kehidupan ini.
1. Definisi Pengorganisasikan Masyarakat
Secara Umum Pengorganisasian Masyarakat didefinisikan sebagai :
"Proses membangun kekuatan dengan melibatkan konstituen sebanyak mungkin melalui proses menemukenali ancaman yang ada secara bersama-sama, menemukenali penyelesaian-penyelesaian yang diinginkan terhadap ancaman-ancaman yang ada; menemu-kenali orang dan struktur, birokrasi, perangkat yang ada agar proses penyelesaian yang dipilih menjadi mungkin dilakukan, menyusun sasaran yang harus dicapai; dan membangun sebuah institusi yang secara demokratis diawasi oleh seluruh konstituen yang ada" (Dave Beckwith & Cristina Lopez, 1997).
Jadi pengorganisasian masyarakat bukan sekedar memobilisasi
2. Prinsip-prinsip Pengorganisir Masyarakat
Dalam menjalankan aktivitas pengorganisasian, prinsip yang harus dipegang dan dijadikan pedoman dalam berpikir dan berbuat bagi seorang pengorganisasi masyarakat adalah :
* Membangun pertemanan/persahabatan dengan komunitas atau masyarakat.
* Bersedia belajar dari kehidupan komunitas bersangkutan
* Membangun komunitas atau masyarakat dengan berangkat dari apa yang ada atau dimiliki oleh komunitas tersebut.
* Tidak berpretensi untuk menjadi pemimpin dan "tetua" dari komunitas tersebut.
* Mempercayai bahwa komunitas memiliki potensi dan kemampuan untuk membangun dirinya sendiri hingga tuntas.
Prinsip tersebut dirumuskan dari satu cuplikan ajaran Lao Tse (700 sm) yang lebih kurang berbunyi sebagai berikut :
"Datanglah kepada rakyat, hiduplah bersama mereka, belajarlah dari mereka, cintailah mereka,mulailah dari apa yang mereka tahu; bangunlah dari apa yang mereka punya; tetapi pedamping yang baik adalah, ketika pekerjaan selesai dan tugas selesai, rakyat berkata, "kami sendiri yang kerja".
KONSEP DASAR PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
Konsep:
- Sistem sosial/masyarakat
- Partisipasi masyarakat
- Perubahan sosial/masyarakat
Sistem sosial:
Komunitas sebagai sistem:
- Menyeluruh
- Batas
- Organisasi
- Terbuka
- Feedback
Partisipasi masyarakat:
- Pendekatan Partisipasi:
- Komunitas dilibatkan dalam perencanaan, penyelesaian masalah
- Proses berubah lambat
- Kelompok/masyarakat merasa memiliki komitmen u/ berubah dalam jangka panjang
- Pendekatan langsung:
- Proses berubah ditentukan oleh kekuatan luar
- Proses berubah berjalan lebih cepat
- Masyarakat merasa tidak memiliki peran dalam perubahan dalam jangka pendek.
Perubahan sosial:
Teori berubah Kurt Lewin (1990), ada 3 tahap perubahan sosial:
- Unfreezing
· Perubahan nilai dan tradisi
- Changing
· Identifikasi → mengenal nilai baru dalam masyarakat dan tradisi
- Refreezing
· Integrasi nilai baru dalam masyarakat dan tradisi
Dalam komunitas, ada 2 kekuatan yang mempengaruhi proses perubahan:
- faktor pendorong
- faktor penghambat
Pengertian Pengorganisasian Masyarakat:
Proses memberi dukungan terus-menerus dalam hal:
· mendidik untuk tahu dan sadar secara kritis → situasi yang ada
· bekerja sama mengumpulkan data dan mengidentifikasi masalah
· menggerakkan dan mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah.
Partnership (Kemitraan)
Peran serta/keterlibatan masyarakat → sangat penting untuk mengembangkan tanggung jawab masyarakat terhadap kesehatan sendiri.
↓
PHC, Self reliance
1. informed : tahu persepsi, hak dan tanggungjawabnya dengan anggota lain
2. fleksibel : mengakui keunikan dan kesamaan dari peserta
3. negociated : kontribusi bervariasi dari peserta dan situsi → perlu negosiasi → kekuatan dari semua peserta.
Model Pengorganisasian Masyarakat
Social Planning
· Keputusan komunitas didasarkan pada:
o Fakta/data yang dikumpulkan
o Keputusan secara rasional.
· Penekanan → penyelesaian masalah → bukan proses
↓
harus cepat
↓
tujuan/hasil
· Pendekatan langsung → perintah → untuk mengubah masyarakat dengan penekanan pada perencanaan.
· Peran :
o Fasilitator
o Pengumpul data/fakta
o Analisa
o Program implementation → mengimplementasikan program dari pemerintah.
Contoh: JPS, KB, Imunisasi, Bidan Desa.
Note: Program dari pusat, penyelesaian masalah sebagai fokus (bukan proses) tanpa melibatkan masyarakat secara langsung.
Social Action:
· Merubah komunitas:
o Polarisasi/pemusatan
o Issue yang ada dikomunikasikan dengan konflik/konfrontasi antara penduduk dan pengambil keputusan/kebijakan
· Fokus: transfer kekuatan pada tingkat kelompok
· Social action
o Revolusioner
o Evolusioner
· Peran :
o Aktivis
o Penggerak
o Negosiator
Contoh:
· Waduk Kedung Ombo → konflik tidak terselesikan karena masyarakat tidak tahu fungsi/manfaat, kepentingannya terganggu/dirugikan dsb.
· TPA Sampah Keputih → konflik kebijakan dalam masyarakat.
Locality Development:
· Prinsip: keterlibatan langsung, melayani sendiri, membantu diri sendiri → penyelesaian masalah secara swadaya.
· Prinsip praktek yang baik → pada masyarakat rendah → negara berkembang (tidak pada negara maju, masyarakatnya lebih menyukai hal-hal yang sifatnya praktis)
· Peran :
o Pendukung
o Fasilitator
o Pendidik
· Keuntungan:
o Biaya murah
o Masyarakat lebih dapat diajak menyelesaikan masalah → melayani diri sendiri.
Jadi 3 model tersebut pada prinsipnya sebagai berikut:
1. Locality development → peran serta seluruh masyarakat untuk mandiri
2. Social planning → rencana para ahli dalam sistem birokrasi
3. Social action → fokus pada korban.
Tahap-tahap Pengorganisasian Masyarakat:
(Fleksibel, Kreatif dan Inovatif)
· Fase persiapan
· Fase pengorganisasian
· Fase edukasi dan latihan
· Fase formasi kepemimpinan
· Fase koordinasi lintas sektoral
· Fase akhir
(1) Fase persiapan
→ membina rasa percaya
· Memilih area
· Memilih cara kontrak
· Mempelajari masyarakat
· Integrasi dengan masyarakat:
o Kunjungan
o Partisipasi dalam kegiatan sosial
o Sesuai dengan gaya hidup masyarakat
o Tinggal di masyarakat
(2) Fase pengorganisasian
· Sosialisasi tercapai → saling percaya
· Pembentukan pokja kes
o Rapat/musyawarah desa (RT/RW, Lurah, aparat ormas, tokoh masy, kader, Puskesmas)
o Pemilihan kelompok inti (partisipatif, pengendalian oleh masyarakat, struktur sederhana)
· Pengakuan/pengesahan kelompok kerja kesehatan oleh Lurah (Penguasa Wilayah) → penting untuk legalitas
(3) Fase edukasi dan latihan
· Pertemuan teratur
· Definisi masalah
· Kajian dan analisa
· Menetapkan tujuan
· Rencana tindakan dan pengkajian sumber pendukung
· Edukasi dan latihan → pelayanan
· Marketing (pemasaran)
· Evaluasi
(4) Fase formasi kepemimpinan
Kembangkan kemampuan:
· Kepemimpinan
· Pengorganisasian masyarakat
· Pendanaan masyarakat
(5) Fase koordinasi lintas sektoral
· Kerjasam lintas sektor-lintas program
· Menetapkan jalur kerjasama
(6) Fase akhir
· Rencana perubahan bertahap
o Aksi massal (gebrakan)
o Pembinaan → membina sehingga mendapat bekal u/ melanjutkan program setelah ditinggalkan
o Pengembangan → mengembangkan kemampuan individu dan keluarga
· Pengendalian dan pengontrolan → perlu dibentuk Badan Konsultasi Keperawatan Komunitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar