Kamis, 22 Desember 2011

ANALISIS KUALITAS MIKROBIOLOGI UDARA DALAM RUANGAN BER-AC


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Udara, sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Udara dapat dikelompokkan menjadi: udara luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi kesehatan manusia, karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan. Sebanyak 400 sampai 500 juta orang khususnya di negara yang sedang berkembang sedang berhadapan dengan masalah polusi udara dalam ruangan.
Di Amerika, isu polusi udara dalam ruang ini mencuat ketika EPA pada tahun 1989 mengumumkan studi polusi udara dalam ruangan lebih berat daripada di luar ruangan. Polusi jenis ini bahkan bisa menurunkan produktivitas kerja hingga senilai US $10 milyar. kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) juga merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian karena akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Timbulnya kualitas udara dalam ruangan umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya ventilasi udara (52%) adanya sumber kontaminasi di dalam ruangan (16%) kontaminasi dari luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material bangunan (4%) , lain-lain (13%). Pemerintah Indonesia telah mengatur persyaratan kualitas udara dalan ruang perkantoran yaitu dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 dalam keputusan tersebut dinayatakan bahwa Angka kuman kurang dari 770 koloni/m3 udara, bebas kuman pathogen.

B.     RUMUSAN MASALAH

Ø  Bagaimana kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan ber –AC ?



C.    TUJUAN

Ø  Mengetahui kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan ber-AC


BAB II
 PEMBAHASAN

Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan  produk  mikroba  lainnya  yang  dapat  ditemukan  di  saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sistemnya.
Gangguan  ventilasi  udara  berupa  kurangnya  udara  segar  yang masuk, serta buruknya   distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara. Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternatif untuk mengganti ventilasi alami dapat meningkatkan kenyamanan dan
produktivitas kerja, namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat nyaman bagi mikroorganisme untuk berbiak. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas udara dalam ruangan menurun dan dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan yang disebut sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building Syndrome (TBS).
Pada dasarnya desain AC yang dipakai untuk mengatur suhu ruangan secara kontinu dapat mengeluarkan bahan polutan. Kadar gas-gas SO2, CO2, dan O2 di dalam ruangan tidak dipengaruhi oleh keberadaan AC. Bahan partikulat dapat dikurangi secara signifikan oleh AC dengan filter yang efektif. Kadar pollen di dalam ruangan dapat berkurang secara signifikan dengan adanya AC. Penelitian kemudian dilakukan pada PT. Infomedia Nusantara di Surabaya. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa, dimana salah satu perwakilannya berada di Surabaya dan berlokasi di jalan Kusumabangsa 10 -12. Kantor perwakilan PT. Infomedia Nusantara di Surabaya terdiri dari 2 lantai yang didesain dengan jendela tertutup dan ventilasi buatan ( air conditioning) yang menyebabkan gangguan sirkulasi udara dan tidak sehatnya udara dalam gedung.
 Penelitian ini kemudian menunkukkan bahwa Kualitas udara dalam ruangan ber -AC sangat ditentukan oleh sistem sirkulasi dan aktivitas yang dilaksanakan. Pencemaran udara dalam ruangan dapat terjadi karena berbagai aktivitas seperti merokok, penggunaaan alat atau bahan pembersih ruangan, mesin fotokopi yang menghasilkan asap dan debu dalam ruangan. Seseorang yang terpapar dengan polutan tersebut dalam waktu yang lama akan mengalami keluhan yang lebih besar dibandingkan dengan yang terpapar kurang dari 2 jam/hari.

Dalam penelitian tersebut dijelaskan bagaimana kondisi mikrobiologi udara. Ternyata di dalam ruangan gedung tersebut didapati bioaerosol. Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atau sisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah
jamur dan bakteri. Penyebaran bakteri, jamur, dan virus pada umumnya terjadi melalui sistem ventilasi. Sumber bioaerosol ada 2 yakni yang berasal dari luar ruangan dan dari perkembangbiakan dalam ruangan atau dari manusia, terutama bila kondisi terlalu berdesakan (crowded). Pengaruh kesehatan yang ditimbulkan oleh bioaerosol ini terutama 3 macam, yaitu    infeksi, alergi, dan iritasi.. Kontaminasi bioaerosol pada sumber air sistem ventilasi (humidifier)
yang terdistribusi keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang berbagai ragam seperti demam, pilek, sesak nafas dan nyeri otot dan tulang (Tan Malaka, 1998). Total koloni kuman pada lantai I adalah 1675 CFU/m3 udara sedangkan lantai II adalah 1387,5 CFU/m 3 udara.

Jika dibandingkan dengan Standar Baku Mutu Kep.MenKesehatan RI No : 261 /MENKES/SK/II/1998 dimana angka kuman adalah kurang dari 700 koloni/m3 udara, maka kedua ruangan berada di atas standar. Hasil pengukuran total koloni bakteri pada lantai I (6,87
CFU/menit) lebih tinggi dibandingkan lantai II (3,21 CFU/menit) dan sebagian besar berjenis gram negatif batang. Hasil pengukuran total koloni jamur pada lantai II adalah 1,94 CFU/menit dan pada lantai II adalah 0,87 CFU/menit. Jika dibandingkan dengan standar NH&MRC dimana total koloni jamur adalah 150 CFU/m 3 udara, maka kedua ruangan tersebut masih berada di bawah standar. Pada usap AC ditemukan gram positif batang dan gram negatif batang. Pencemar
yang bersifat biologis terdiri atas berbagai jenis mikroba patogen, antara lain jamur, metazoa, bakteri, maupun virus. Penyakit yang disebabkannya seringkali diklasifikasikan sebagai penyakit yang menyebar lewat udara (air-borne diseases) (Soemirat, 2002).


BAB III
PENUTUP



A.    KESIMPULAN

Jumlah total koloni kuman di lokasi penelitian melebihi Standar Baku Mutu Kep.Men.Kesehatan RI No : 261 /MENKES/SK/II/1998. Sedangkan jumlah total koloni jamur di lokasi penelitian masih berada di bawah standar NH dan MRC.
Penggunaan AC sebagai pengganti ventilasi ruangan dapat mengakibatkan munculnya bakteri di udara dalam runagan, apabila AC tidak di bersihkan secara rutin dan teratur.


B.     SARAN

Jika ruangan menggunakan AC sebagai pengganti ventilasi, kita harus memperhatikan kebersihannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membersihkannya secara rutin dan teratur.


DAFTAR PUSTAKA


Corie I.P., J. Mukono, dan Sudarmaji. Pengaruh Kualitas Udara  JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN VOL.1, NO.2, JANUARI 2005

1 komentar: