BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Udara, sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan
kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan. Udara dapat
dikelompokkan menjadi: udara luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam
ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruang sangat
mempengaruhi kesehatan manusia, karena hampir 90% hidup manusia berada dalam
ruangan. Sebanyak 400 sampai 500 juta orang khususnya di negara yang sedang
berkembang sedang berhadapan dengan masalah polusi udara dalam ruangan.
Di Amerika, isu polusi udara dalam ruang ini mencuat
ketika EPA pada tahun 1989 mengumumkan studi polusi udara dalam ruangan lebih
berat daripada di luar ruangan. Polusi jenis ini bahkan bisa menurunkan produktivitas
kerja hingga senilai US $10 milyar. kualitas udara dalam ruangan (indoor air
quality) juga merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian karena akan
berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Timbulnya kualitas udara dalam ruangan umumnya
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya ventilasi udara (52%) adanya
sumber kontaminasi di dalam ruangan (16%) kontaminasi dari luar ruangan (10%),
mikroba (5%), bahan material bangunan (4%) , lain-lain (13%). Pemerintah
Indonesia telah mengatur persyaratan kualitas udara dalan ruang perkantoran yaitu
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 dalam keputusan
tersebut dinayatakan bahwa Angka kuman kurang dari 770 koloni/m3 udara, bebas
kuman pathogen.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Ø
Bagaimana
kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan ber –AC ?
C.
TUJUAN
Ø Mengetahui
kualitas mikrobiologi udara dalam ruangan ber-AC
BAB
II
PEMBAHASAN
Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri,
jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya yang
dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta
seluruh sistemnya.
Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara. Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternatif untuk mengganti ventilasi alami dapat meningkatkan kenyamanan dan
Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara. Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternatif untuk mengganti ventilasi alami dapat meningkatkan kenyamanan dan
produktivitas
kerja, namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat nyaman bagi
mikroorganisme untuk berbiak. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas udara
dalam ruangan menurun dan dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan yang
disebut sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building
Syndrome (TBS).
Pada dasarnya desain AC yang dipakai untuk mengatur
suhu ruangan secara kontinu dapat mengeluarkan bahan polutan. Kadar gas-gas
SO2, CO2, dan O2 di dalam ruangan tidak dipengaruhi oleh keberadaan AC. Bahan
partikulat dapat dikurangi secara signifikan oleh AC dengan filter yang
efektif. Kadar pollen di dalam ruangan dapat berkurang secara signifikan
dengan adanya AC. Penelitian kemudian dilakukan pada PT. Infomedia Nusantara di
Surabaya. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan
jasa, dimana salah satu perwakilannya berada di Surabaya dan berlokasi di jalan
Kusumabangsa 10 -12. Kantor perwakilan PT. Infomedia Nusantara di Surabaya
terdiri dari 2 lantai yang didesain dengan jendela tertutup dan ventilasi
buatan ( air conditioning) yang menyebabkan gangguan sirkulasi
udara dan tidak sehatnya udara dalam gedung.
Penelitian
ini kemudian menunkukkan bahwa Kualitas udara dalam ruangan ber -AC sangat
ditentukan oleh sistem sirkulasi dan aktivitas yang dilaksanakan. Pencemaran
udara dalam ruangan dapat terjadi karena berbagai aktivitas seperti merokok,
penggunaaan alat atau bahan pembersih ruangan, mesin fotokopi yang menghasilkan
asap dan debu dalam ruangan. Seseorang yang terpapar dengan polutan tersebut
dalam waktu yang lama akan mengalami keluhan yang lebih besar dibandingkan
dengan yang terpapar kurang dari 2 jam/hari.
Dalam penelitian tersebut dijelaskan bagaimana kondisi
mikrobiologi udara. Ternyata di dalam ruangan gedung tersebut didapati
bioaerosol. Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk
hidup atau sisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah
jamur
dan bakteri. Penyebaran bakteri, jamur, dan virus pada umumnya terjadi melalui
sistem ventilasi. Sumber bioaerosol ada 2 yakni yang berasal dari luar
ruangan dan dari perkembangbiakan dalam ruangan atau dari manusia, terutama
bila kondisi terlalu berdesakan (crowded). Pengaruh kesehatan yang
ditimbulkan oleh bioaerosol ini terutama 3 macam, yaitu infeksi, alergi, dan iritasi.. Kontaminasi bioaerosol
pada sumber air sistem ventilasi (humidifier)
yang
terdistribusi keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang berbagai ragam seperti
demam, pilek, sesak nafas dan nyeri otot dan tulang (Tan Malaka, 1998). Total
koloni kuman pada lantai I adalah 1675 CFU/m3 udara sedangkan lantai II adalah
1387,5 CFU/m 3 udara.
Jika dibandingkan dengan Standar Baku Mutu
Kep.MenKesehatan RI No : 261 /MENKES/SK/II/1998 dimana angka kuman adalah
kurang dari 700 koloni/m3 udara, maka kedua ruangan berada di atas standar.
Hasil pengukuran total koloni bakteri pada lantai I (6,87
CFU/menit)
lebih tinggi dibandingkan lantai II (3,21 CFU/menit) dan sebagian besar
berjenis gram negatif batang. Hasil pengukuran total koloni jamur pada lantai
II adalah 1,94 CFU/menit dan pada lantai II adalah 0,87 CFU/menit. Jika
dibandingkan dengan standar NH&MRC dimana total koloni jamur adalah 150
CFU/m 3 udara, maka kedua ruangan tersebut masih berada di bawah standar. Pada
usap AC ditemukan gram positif batang dan gram negatif batang. Pencemar
yang
bersifat biologis terdiri atas berbagai jenis mikroba patogen, antara lain
jamur, metazoa, bakteri, maupun virus. Penyakit yang disebabkannya seringkali
diklasifikasikan sebagai penyakit yang menyebar lewat udara (air-borne
diseases) (Soemirat, 2002).
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jumlah total koloni kuman di lokasi penelitian
melebihi Standar Baku Mutu Kep.Men.Kesehatan RI No : 261 /MENKES/SK/II/1998. Sedangkan
jumlah total koloni jamur di lokasi penelitian masih berada di bawah standar NH
dan MRC.
Penggunaan AC sebagai pengganti ventilasi ruangan
dapat mengakibatkan munculnya bakteri di udara dalam runagan, apabila AC tidak
di bersihkan secara rutin dan teratur.
B.
SARAN
Jika ruangan menggunakan AC sebagai pengganti
ventilasi, kita harus memperhatikan kebersihannya. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan membersihkannya secara rutin dan teratur.
DAFTAR
PUSTAKA
Corie I.P., J. Mukono, dan Sudarmaji. Pengaruh
Kualitas Udara JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN VOL.1, NO.2, JANUARI
2005
tengkiu gan,
BalasHapus