BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Air merupakan salah satu
kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh makhluk hidup untuk dapat bertahan
hidup dan berkembang. Tanpa air, kehidupan didunia ini tidak akan ada, karena segala sesuatu
membutuhkan air. Hewan tidak akan dapat bertahan hidup kalau tidak minum
demikian pula dengan tanaman yang merupakan makanan utama hewan tidak akan
tumbuh tanpa adanya air.
Air
merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan
digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan sehari-hari, termasuk kegiatan
pertanian, perikanan, peternakan, industri, pertambangan, rekreasi, olah raga
dan sebagainya. Dewasa ini, masalah utama sumber daya air meliputi kuantitas
air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat dan
kualitas air untuk keperluan domestik terus menurun khususnya untuk air minum.
Hal ini terutama disebabkan karena kerusakan lingkungan. Mulai dari perambahan
hutan, pengalihan fungsi lahan hijau yang merupakan daerah tangkapan air dan
lahan pertanian menjadi pemukiman, kegiatan industri dan kegiatan lain yang
berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan
kualitas air (Mariana dkk, 2004).
Klor
merupakan salah satu zat desinfektan yang sering digunakan dalam pengolahan air
minum. Zat kimia lain yang dapat digunakan sebagai desinfektan adalah ozon (O3),
klordioksidan, dan sebagainya. Salah
satu syarat air dikatakan berkualitas ketika mengandung garam-garam meniral
dalam jumlah yang tidak berlebihan. Susunan unsur kimia dari air tergantung
pada darimana sumber air tersebut berasal, misalnya air tanah kandungan airnya
tergantung pada lapisan tanah yang dilewati air tersebut. Apabila air melewati
lapisan tanah kapur maka ia akan menjadi sadah karena mengandung Ca(HCO3)2
dan Mg(HCO3)2, apabila melewati batuan granit, maka air
akan lunak dan agresif karena mengandung CO2 dan Mn(HCO3)2
(Kris, 2006).
Air
tanah banyak mengandung mineral mineral terlarut seperti Ca2+ dan Mg2+
yang menyebabkan kesadahan pada air. Selain itu terdapat juga kation bikarbonat
dan gas terlarut CO2. Dengan naiknya pH akibat lepasnya CO2 ke
fasa gas, maka akan terjadi suatu reaksi kesetimbangan pembentukkan kerak CaCO3
(Saksono, 2006).
Kesadahan yang dimaksud disini adalah efek yang terjadi
ketika air banyak mengandung mineral dari kation logam bervalensi dua dalam
jumlah yang berlebihan. Biasanya yang sering menimbulkan kesadahan adalah logam
Ca2+ dan Mg2+. Kesadahan total terjadi ketika ion Ca2+
dan Mg2+ secara bersama-sama dalam air (Kris, 2006).
Pembentukan kerak (CaCO3)
oleh air sadah pada sistem perpipaan di
industri maupun rumah tangga menimbulkan banyak permasalahan teknis dan
ekonomis. Hal ini disebabkan scale
(kerak) dapat menutupi (menyumbat) air yang mengalir dalam pipa dan sekaligus
menghambat proses perpindahan panas pada peralatan penukar panas. Saat ini
pengolahan air untuk pencegahan pembentukan kerak umumnya dilakukan secara
kimiawi yaitu dengan resin penukar ion dan penambahan inhibitor kerak . Metode
secara kimiawi ini dapat mengubah sifat
kimia larutan sehingga tidak cukup aman untuk penggunaan rumah tangga maupun
industri makanan. Selain itu investasinya yang cukup besar menyebabkan
proses-proses kimiawi tersebut hanya cocok untuk industri yang memerlukan air
olahan dalam jumlah besar (Saksono, 2006).
Zat-zat atau bahan kimia yang terkandung
di dalam air misalnya Ca, Mg, CaCO3 yang melebihi
standart kualitas tidak baik untuk dikonsumsi oleh orang dengan fungsi ginjal
yang kurang baik, karena akan menyebabkan pembentukkan batu pada saluran
kencing. Kebiasaan minum juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi
pembentukan batu saluran kencing. Orang yang banyak mengkonsumsi air dengan
kandungan kapur tinggi akan menjadi predisposisi pembentukan batu saluran
kencing, maka air yang digunakan manusia tidak boleh lebih dari 500 mg/L CaCO3
(Ritaharyanti, 2006).
Air gali yang dimiliki oleh
warga disekitar kampus khususnya di Jl. Sahabat, sangat diragukan kualitasnya.
Hal ini disebabkan tekstur tanah yang merupakan lahan timbunan yang awalnya
sebuah rawa. Oleh karena itu betapa
penting melakukan uji kesadahan dan uji jumlah klor yang dibutuhkan air sumur gali.
B.
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini, yaitu untuk
mengetahui tingkat kesadahan total dan sisa klor pada air
sumur gali di Pondok Hidayat Jl. Sahabat Raya Tamalantrea Makassar
C.
Prinsip Percobaan
1.
Penghitungan dengan melihat batas bawah
untuk mengetahui hasil perhitungan pada buret.
2.
Pipet ukur yang digunakan pada Buffer sadah harus dibedakan dengan pipet
yang digunakan pada kadar Ca.
3.
Setiap sampel yang dititrasi harus
dihomogenkan secara perlahan.
4.
Proses titrasi berhenti dilakukan jika
sudah terjadi perubahan warna pada sampel.
5.
Pada saat EDTA dimasukkan kedalam
buret, tidak boleh ada gelembung udara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Umum Tentang Air Sumur Gali
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang
paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat
kecil dan rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter
dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan
tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh
karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan (Anwar,
2010).
Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan
kotoran manusia kakus/jamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri,
baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air.
Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber
kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air
dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik,
bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur.
Masalah pencemaran serta
efisiensi penggunaan sumber air merupakan masalah pokok. Hal ini mengingat
keadaan perairan-alami di banyak negara yang cenderung menurun, baik kualitas
maupun kuantitasnya.
Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan
sumur gali ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar
diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat
diupayakan pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan
syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari
pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang
dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurang-kurang berdiameter 1
meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah
(SPAL) minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki
cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan
rapat (Sanropie, 1984).
B.
Tinjauan Umum Tentang Kesadahan Air
Kesadahan berasal dari kata sadah yang berarti mengandung kapur,
jadi kalau kesadahan air adalah adanya kandungan kapur yang berlebih yang
terdapat dalam air yang disebabkan oleh lapisan tanah kapur yang dilaluinya.
Jenis sumber air yang banyak mengandung sadah adalah air tanah khususnya air
tanah dalam. Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal
sebagai “air sadah”, atau air yang sukar untuk dipakai mencuci (Atastina, dkk,
2005:1).
Kesadahan didefinisikan sebagai kemampuan air dalam mengkonsumsi
sejumlah sabun secara berlebihan serta mengakibatkan pengerakan pada pemanas
air, boiler, atau pemanasan lainnya. Hal ini disebabkan adanya kehadiran
ion-ion metal polivalen, terutama kalsium dan magnesium. Ca2+ dan Mg2
dapat bereaksi dengan sabun sehingga membentuk garam-garam organik yang tidak
melarut dan berbentuk sebagai busa pada permukaan air. Pada
air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan
sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa.
Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya
dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH (Arifin, 2008).
Kesadahan (sebagai
CaCO3 ) terutama disebabkan oleh adanya kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg) sebab umumnya tanah karst memiliki komposisi mineral batuan
karbonat yang memang didominasi Ca dan Mg, sesuai dengan kondisi di desa
Hargosari yang termasuk daerah perbukitan kapur (Setiawan, 2008).
Kesadahan air yang
tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat
memberikan rasa yang segar. Kalsium adalah unsur kimia yang memegang peranan
penting dalam dalam banyak proses geokimia. Mineral merupakan sumber primer ion
kalsium dalam air. Diantara mineral-mineral primer yang berperan adalah gips,
CaSO4 .2H 2 O ; anhidratnya, CaSO4, dolomite, CaMg(CO3)2,
kalsit dan aragonite yang merupakan modifikasi yang berbeda dari
CaCO 3 (Achmad, 2004).
Ion kalsium,
bersama-sama dengan magnesium dan kadang-kadang ion fero, ikut menyebabkan
kesadahan air, baik yang bersifat kesadahan sementara maupun kesadahan tetap.
Kesadahan sementara disebabkan oleh adanya ion kalsium dan bikarbonat dalam air
yang dapat dihilangkan dengan jalan mendidihkan air tersebut karena terjadi
reaksi :
Ca 2+ +
2HCO3− → CaCO3 + CO2 + H2O
Sedangkan kesadahan
tetap disebabkan oleh adanya kalsium atau magnesium sulfat yang proses
pelunakanya melalui proses kapur – soda abu, proses zeolit dan proses resin
organik. Kesadahan sementara menyebabkan adanya endapan putih kalsium
bikarbonat pada tempat pendidihan air (Achmad, 2004).
Dampak yang
ditimbulkan oleh adanya kesadahan dengan kadar yang kecil tidak terlalu besar
terhadap kesehatan, tetapi lain persoalan jika kesadahan tinggi sebab akan
mengakibatkan terganggunya kerja ginjal.
Jenis-jenis air
sadah terbagi dua (Daud dkk, 2010) yaitu:
1.
Air sadah sementara
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion
bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut
mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan
atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang
mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena
kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut
terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+. Dengan jalan
pemanasan senyawa-senyawa tersebut akan mengendap pada dasar ketel. Reaksi yang
terjadi adalah: Ca(HCO3)2 (aq) –> CaCO3 (s)
+ H2O (l) + CO2 (g).
2.
Air sadah tetap
Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain
ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-, NO3-dan
SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa
kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2),
kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2),
magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4).
Air yang mengandung senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena
kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk
membebaskan air tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara kimia,
yaitu dengan mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi
yang digunakan adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3 (aq)
atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan karbonat dimaksudkan
untuk mengendapkan ion Ca2+ dan atau Mg2+.
CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq)
–> CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)
Mg(NO3)2
(aq) + K2CO3 (aq) –> MgCO3 (s) + 2KNO3
(aq)
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3
berarti air tersebut telah terbebas dari ion Ca2+ atau Mg2+
atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas dari kesadahan.
C.
Tinjauan Umum Tentang Klor Dalam Air
Klorida adalah merupakan anion pembentuk Natrium Klorida yang
menyebabkan rasa asin dalam air bersih (air sumur). Kadar klorida pada sampel
air dengan menggunakan metode Argentometri di dapatkan nilai kadar klorida 9,10
mg/ l, dan telah memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai dengan
Permenkes, RI No 907/ Menkes/ SK/ VII/ 2002, sebagai mana kadar maksimal
klorida yang diperbolehkan untuk air minum adalah 250 mg/l (Awaluddin, 2007).
Klorin
dan kloramin merupakan bahan kimia yang biasa digunakan sebagai pembunuh kuman
(disinfektan) di perusahan-perusahan air minum seperti PAM atau PDAM.
Klorin (Cl2) merupakan gas berwarna kuning kehijauan dengan bau
lumayan menyengat. Bau ini bisa dikenali seperti bau air kolam renang
yang biasanya secara intensif diberi perlakuan klorinasi dengan kaporit.
Sedangkan kloramin merupakan senyawa klorin-amonia (NH4Cl) (Achmad, 2004).
Klorin adalah bahan kimia yang
penting untuk beberapa proses penurunan air, penjangkitan dan dalam pelunturan.
Klor merupakan salah satu zat desinfektan yang sering digunakan dalam
pengolahan air minum. Zat kimia lain yang dapat digunakan sebagai desinfektan
adalah ozon (O3), klordioksidan, dan sebagainya. Dua faktor penting
yang mempengaruhi proses desinfektan adalah waktu bereaksi dan konsentrasi zat
desinfektan. Ozon boleh juga digunakan untuk membunuh bakteri, dan ozon tidak
membentuk organoklin dan tidak
tertinggal dalam air setelah perawatan (Awaluddin, 2007).
Klorin
relatif tidak stabil di dalam air sehingga biasanya akan segera terbebas ke udara,
sedangkan kloramin jauh lebih stabil dibandingkan klorin sehingga beberapa
perusahan pengolah air minum tidak sedikit yang menggunakan bahan ini sebagai
pengganti klorin. Baik klorin maupun kloramin sangat beracun bagi ikan. Keduanya
akan bereaksi dengan air membentuk asam
hipoklorus yang diketahui dapat merusak sel-sel protein dan sisitem enzim ikan.
Tingkat keracunan klorin dan kloramin secara alamiah akan meningkat pada pH
lebih rendah dan temperatur lebih tinggi, karena pada kondisi demikian proporsi
asam hipoklorus yang terbentuk akan meningkat (Anonim, 2009).
Untuk menghindari efek
kronis dari bahan tersebut maka residu klorin dalam air harus dijaga agar tidak
lebih dari 0,003 ppm. Klorin pada konsentrasi 0,2 – 0,3 ppm sudah cukup
untuk membunuh ikan dengan cepat (Anonim, 2009).
D.
Tinjauan Umum Tentang Metode
Kompleksometri
Titrasi
kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion
kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi
dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks.
Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali
dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang
kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi (jatilaksono,
2009).
Metode penentuan kesadahan adalah dengan menggunakan metode kompleksometri,
yaitu dipakai gram Ethylene Diamene
Tetraacetic Acid (EDTA) (Daud dkk, 2010).
Titrasi dapat
ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda
tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat
digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna
harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam
telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna
itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga,
kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak,
karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun,
kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA
untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator
logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna
antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga
mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap
pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen.
Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk
titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi 12,
Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+
dengan indikator murexide (Jatilaksono,
2009).
Untuk membuat suasana basa tersebut, (pada PH= + 0,1 ditambah larutan buffer / buffer ammonia). Jadi, jika sampel (air/larutan, ditambah EBT
(biru) pada PH = + 0,1 larutan ,menjadi merah tua. Jika EDTA kemudian
ditambahkan sebagai titian (penitrasi), maka Ca dan Mg menjadi larutan kompleks.
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat Dan Bahan
1.
Pemeriksaan kesadahan
a)
Alat
1)
Labu erlenmeyer 1
buah
2)
Gelas ukur 1
buah
3)
Pipet ukur 1
buah
4)
Bulp 1
buah
5)
Penjepi statif 1
buah
6)
Buret 1
buah
7)
Sendok indikator murexide 1 buah
b)
Bahan
1)
Sampel air sumur gali 1000
ml
2)
Larutan EDTA 0,01 M secukupnya
3)
Larutan Buffer
Ammonia secukupnya
4)
Larutan NaOH secukupnya
5)
Indikator murexide secukupnya
6)
Indikator hardness ind calmagite 1
bungkus
7)
Aquades secukupnya
8)
Tissue secukupnya
2.
Pemeriksaan daya sergap chlorine
a)
Alat
1)
Stirrer 1
unit
2)
Magnetic
stirrer 1
unit
3)
Gelas ukur 1
buah
4)
Tabung cuvet 2
buah
5)
Colour
dicc 1
unit
6)
Comparator
kit 1
unit
7)
Gelas beaker 1000 ml 1
buah
8)
Pipet ukur 1
buah
9)
Bulp 1
buah
b)
Bahan
1)
Sampel air sumur gali 1000
ml
2)
Larutan kaporit 1% 1
ml
3)
DPD total chlorine secukupnya
4)
Aquades secukupnya
5)
Tissue secukupnya
6)
Label secukupnya
B.
Waktu dan Tempat Pengambilan Sampel
1.
Waktu
Waktu
pengambilan sampel yaitu hari Senin, 4 April 2012 Pukul 14.10 WITA.
2.
Tempat
Tempat
pengambilan sampel yaitu di Pondok Hidayat Jl. Sahabat Raya Tamalantrea
Makassar.
C.
Prosedur Kerja
1. Teknik pengambilan sampel yaitu:
a.
Wadah air disediakan dengan
ukuran mampu menampung 1000 ml.
b.
Air sumur gali diambil dengan menggunakan
timba sumur yang telah disediakan.
c.
Selanjutnya, air dimasukkan ke
dalam wadah tersebut.
2.
Pemeriksaan
Kalsium (Ca):
a.
Sampel
air dalam botol dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml kemudian
dipindahkan ke dalam labu erlmenyer.
b.
Larutan
NaOH 1 N diambil sebanyak 2 ml dengan pipet kemudian di masukkan ke dalam
sampel air.
c.
Sampel
ditambahkan sesendok indikator murexide dengan menggunakan spatula dan dihomogenkan
hingga larutan berwarna merah muda.
d.
Kemudian
sampel dititrasi dengan menggunakan larutan 0,01 M EDTA sambil larutan
dihomogenkan hingga berubah warna menjadi ungu.
e.
Selanjutnya
kadar kalsium dihitung dengan menggunakan rumus:
Kadar Ca = x X ml titrasi EDTA x faktor EDTA x
Ket
: n
: banyaknya sampel air (ml)
X :
Jumlah dalam ml, saat sampel berubah warna ketika titrasi.
3.
Pemeriksaan
Kesadahan Total :
a.
Sampel
air dalam botol dimasukkan ke dalam gelas ukur sebanyak 50 ml kemudian
dipindahkan ke dalam labu erlmenyer.
b.
Di
ambil larutan buffer hardness sebanyak
1 ml dengan pipet kemudian di masukkan ke dalam sampel air.
c.
Selanjutya
sampel ditambahkan indikator EBT sebanyak satu sendok spatula dan dihomogenkan hingga larutan berwarna merah
tua.
d.
Kemudian
sampel dititrasi dengan menggunakan larutan 0,01 M EDTA sambil larutan
dihomogenkan hingga berubah warna menjadi biru tua.
e.
Selanjutnya
kesadahan total dihitung dengan menggunakan rumus:
Kesadahan total = x
X ml titrasi EDTA x faktor EDTA x x
1 0D
Ket
: n
: banyaknya
sampel air (ml)
X : Jumlah dalam ml, saat sampel berubah warna ketika
titrasi
1
0D : satuan kesadahan total
(Derajat Djerman) ; 1°D = 10 mg/l
4. Pemeriksaan
Magnesium (Mg) :
Untuk
mengetahui kadar Mg pada sampel air
hanya dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus:
Kadar
Mg = x (hasil titrasi °D – hasil titrasi Ca) x
faktor EDTA x
Ket. : n : banyaknya sampel air (ml)
5.
Pemeriksaan
Sisa Klor
a. Diambil
sampel air sampel sebanyak 1000 ml.
b. Selanjutnya,
sampel ditaruh di dalam gelas beaker.
c. Sampel
dimasukkan magnetic stirrer.
d. Kemudian
disediakan larutan kaporit sebanyak 1 ml dan dituang ke dalam tabung yang
berisi air sampel.
e. Sampel
kemudian dihomogenkan dengan menggunakan stirel selama 2 menit.
f. Selanjutnya,
tabung cuvet diisi dengan sampel
sebanyak 5 ml, terus dituangkan DPD Total Chlorine
Reagent. Kemudian dihomogenkan.
g. Terus
tabung cuvet diletakkan di
komparator.
h. Kemudian
tentukan warnanya yang sesuai agar warnanya sama antara cuvet reagent dengan cuvet
sampel.
i. Setelah
hasilnya diketahui total klor pada
pemeriksaan pertama maka kita lanjutkan kemudian setelah 10 menit lagi untuk
pemeriksaan kedua.
j. Setelah
10 menit tabung cuvet diisi dengan
sampel sebanyak 5 ml, terus dituangkan DPD Total Chlorine Reagent. Kemudian dihomogenkan.
k. Terus
tabung cuvet diletakkan di
komparator.
l.
Kemudian tentukan
warnanya yang sesuai agar warnanya sama antara cuvet
reagent dengan cuvet sampel dan lihat hasilnya dengan colour disc.
m.
Selanjutnya daya sergap
klor dihitung dengan rumus :
Daya sergap klor =
(klor segera – sisa klor tetap) + angka keamanan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Hasil pengujian kesadahan air
Tabel 1
Hasil Pengujian Kesadahan Air
Sumur Gali
Pondok Hidayat Jl. Sahabat raya
Tamalanrea
Uji
kesadahan
|
Jumlah
titrasi (ml)
|
Warna
awal
|
Warna
akhir
|
|
Kalsium
|
6
|
merah
muda
|
ungu
|
|
Total
|
14
|
merah
tua
|
biru
tua
|
Sumber : Data
Primer 2012
2.
Hasil pengujian klor
Klor segera = 0,5
Klor total = a. 2,0
b. 0,5
c. 0,3
Berdasarkan hasil pengamatan, pada uji kesadahan kalsium didapatkan
jumlah titrasi sebanyak 3,1 ml untuk mengalami perubahan warna dari warna merah
muda menjadi ungu setelah dititrasi dengan EDTA. Sedangkan pada uji kesadahan
total didapatkan jumlah titrasi sebanyak 25 ml
untuk mengalami perubahan warna dari warna merah tua menjadi biru tua.
Maka dapat
dimasukkan ke dalam rumus:
1.
Pemeriksaan
Kalsium ( Ca2+ )
Ca =
=
= 20 × 6 × 0,97 × 0,4
= 46,56 mg/l
2.
Pemeriksaan
Total
Total =
= 1 mg/l
= 20 × 14 × 0,97 × 0,56
= 152,09 mg/l
3.
Pemeriksaan
Magnesium ( Mg )
Mg =
=
= 20 ×
2,9 × 0,97 × 0,244
= 37,244
mg/l
4. Daya
sergap klor = sisa klor segera
– sisa klor tetap
=
0,5 – 0,3
= 0,2 mg/l
Jumlah klor yang dibutuhkan = daya
sergap klor + angka keamanan klor
= 0,2 + 0,3
=
0,5 mg/l
Jumlah Kaporit = 100/1 x 0,5
=
50 mg/l
B.
Pembahasan
1. Kesadahan
Pada praktikum ini bertujuan untuk menentukan tingkat kesadahan air sumur gali Pondok Hidayat Jl.
Sahabat raya Tamalanrea Makassar dengan
menggunakan reaksi pembentukkan ion kompleks. Langkah yang
dilakukan adalah penentuan kesadahan air
yaitu dengan menggunakan metode complexometri, yaitu dipakai garam EDTA
(Ethylene Diamene Tetraacetic Acid).
Dalam percobaan ini juga dilakukan penambahan larutan NaOH 1 N sebanyak 2
ml dan larutan buffer sebanyak 1 ml dengan tujuan agar larutan menjadi basa.
Selain itu juga digunakan beberapa indikator yakni murexide dan EBT, penambahan indikator murexide ke dalam sampel air mengakibatkan sampel air tersebut berubah warna menjadi merah muda
(pink).
Pada praktikum ini, diperoleh kadar
kalsium (Ca) sebanyak 46,56
mg/l. Perhitungan kesadahan kalsium terhadap sampel air ini menunjukkan bahwa
nilai kesadahan kalsium pada sampel air ini sebesar 46,56 mg/l. Dengan mengetahui nilai kesadahan kalsium dari
masing-masing sampel air sumur yang digunakan akan terlihat kesadahan yang
diakibatkan ion kalsium. Sementara untuk nilai kesadahan total diperoleh hasil 152,09
mg/l. Pengukuran kesadahan total pada sampel air ditujukan untuk mengetahui
apakah sampel air tersebut mengalami kesadahan yang berasal dari ion magnesium
dan kalsium. Pengukuran kesadahan
magnesium pada sampel air ini tidak dilakukan melalui percobaan, tetapi hanya melalui perhitungan.
Hal ini dilakukan untuk keefektifan bekerja. Dimana kesadahan magnesium ini
didapat dari hasil pengurangan antara kesadahan total dengan kesadahan kalsium.
Dua hal yang digunakan untuk melakukan perhitungan kesadahan magnesium ini
telah tersedia, sehingga dapat dilakukan perhitungan kesadahan magnesium. Dari
hasil perhitungan diperoleh hasil sebesar 37,244 mg/l magnesium. Berdasarkan
semua hasil pengukuran diketahui bahwa kesadahan air sumur gali pondok Hidayat
Jl.Sahabat raya Tamalanrea Makassar disebabkan karena ion magnesium. Hal ini
dibuktikan dari nilai kesadahan magnesium yang lebih besar daripada kesadahan kalsiumnya.
Menurut PERMENKES
No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih bahwa kadar
maksimum kesadahan dalam air sebanyak 500 mg/l. berdasarkan hal tersebut maka
air sumur gali di Pondok Hidayat Jl. Sahabat raya Tamalanrea Makassar tidak
memenuhi syarat karena melewati nilai ambang batas untuk total kesadahan dalam
air. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan terhadap air pada sumur
tersebut agar kesadahan air dapat diminimalkan sehingga tidak melewati batas dan tidak memberikan dampak bagi yang
mengkonsumsi air tersebut.
Dampak yang ditimbulkan akibat air sadah
bagi kesehatan antara lain adalah dapat menyebabkan cardiovascular disease (penyumbatan pembuluh darah jantung) dan urolithiasis (batu ginjal). Selain itu
air sadah juga dapat menyebabkan pengendapan
mineral, yang menyumbat saluran pipa dan kran. Air sadah juga menyebabkan
pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat
membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan.
2.
Jumlah
Klor
Dari hasil pengamatan, dilihat ada
perbedaan antara pemeriksaan pertama, pemeriksaan kedua dan pada pemeriksaan ketiga.
Hal ini terlihat jelas pada pemeriksaan pertama didapat total klor sebanyak 0,5
mg/l, pemeriksaan kedua mengalami penurunan total klor menjadi 0,3 mg/l dan
pada pemeriksaan ketiga total klor tetap menjadi 0,3 mg/l.
Kadar klorida pada sampel air dengan
menggunakan metode Argentometri di dapatkan nilai kadar klorida 0,5 mg/ l, dan
telah memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai dengan Permenkes, RI No
907/ Menkes/ SK/ VII/ 2002, sebagai mana kadar maksimal klorida yang
diperbolehkan untuk air minum adalah 250 mg/l (Jatilaksono, 2009).
Daya sergap chlor adalah banyaknya chlor aktif yang dipakai oleh senyawa pereduksi yang
ada dalam air. Senyawa peredusi dapat berbentuk senyawa anorganik, misalnya
garam-garam, fe2+ , Mn2+ , NO2-, H2S
dan lain-lain atau berupa senyawa organik baik yang hidup maupun yang mati.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa sampel air sumur gali yang
telah diteliti memiliki jumlah kesadahan 152,09 mg/l sehingga dinyatakan masih
memenuhi syarat untuk dikonsumsi sesuai dengan standar kesadahan menurut WHO
dan standar air minum menurut Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 500 mg/l. Sedangkan kadar klor pada air sumur gali Pondok Hidayat
Jl. Sahabat raya Tamalanrea yakni 0,5 mg/l sehingga dinyatakan masih memenuhi
syarat namun masih perlu ditambahkan karena kadar klor pada air tersebut sangat
rendah, sebagaimana ditetapkan dalam standar air minum menurut Keputusan Mentri
Kesehatan RI Nomor 907/ MENKES/ SK/ VII/ 2002 yaitu 250 mg/l.
B. Saran
1. Hendaknya kepada masyarakat untuk
menjaga kebersihan lingkungan utamanya penyediaan air bersih.
2. Bagi penderita batu ginjal hendaknya
berhati-hati dengan air sadah karena air sadah dapat mengendap
sehingga dapat memperburuk keadaan penderita.
3.
Hendaknya
masyarakat tahu air sadah berlebih dengan melakukan uji sederhana sebelumnya,
Caranya campurkan segelas air keruh/bau yang akan diuji dengan air bersih,
apabila keruh/bau hilang berarti kadar bau/keruhnya rendah, apabila masih
tercium bau atau keruh maka air itu sebaiknya tidak digunakan lagi. Cara
terpopuler untuk menguji kandungan kimia dalam air adalah dengan menggunakan
air teh. Caranya campurkan air yang akan diuji dengan air teh kemudian diamkan
minimal 12 jam.
4. Kadar klor pada air harus tetap
dipantau karena klor sangat berfungsi untuk membersihkan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Komponen
Air Bersih. hhtp://digilib-mpl. Net/Detail.
Php?Row=2&Tp=Airminum&Kode=865. [Diakses 2 April 2012].
Anwar Daud dkk, 2010. Buku
Praktikum Kesehatan Lingkungan. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Atastina, Dkk, 2005. Penghilangan Kesadahan air yang Mengandung
ion Ca2+ dengan menggunakan zeolit Alam Lampung sebagai Penukar
Kation. [online]. http://ilhadsblog.blogspot.com/ [Diakses 3 April 2012].
Jatilaksono.
2009. Laporan Praktikum KloRida. [online]. http://www.desinfektan/tp%20klorin.htm.com [Diakses 2 April 2012]
Mariana, dkk. 2004. Kualitas
fisik dan kimia air pam di jakarta, Bogor, tangerang, bekasi Tahun 1999 – 2001.
[Online]
http://www.litbang.depkes.go.id/media/data/air.pdf.[Diakses
2 April 2012].
Ritaharyanti, 2006. Hubungan kesadahan air sumur dengan kejadiaan penyakit batu saluran
kencing di kabupaten brebes tahun 2006. The
association between the hardness of well water and the incidence of
urolithiasis at brebes regency in 2006 (2006 - skripsi). [Online] http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2906.
[diakses 2 April 2012].
Sanropie,
Dkk. 1984. Penyedian Air Bersih.
[online]. http://ilhadsblog.blogspot.com/ [Diakses
2 April 2012]
Saksono,
N. 2006. Magnetisasi Air Sadah Untuk
Pencegahan Pembentukan Kerak. [Online] http://staff.ui.ac.id/internal/132092428/publikasi/magnetisasiairsadah.
_Nelson_ok_.pdf.
[diakses 3 April 2012]